Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan pembiayaan atau multifinance merespons soal keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menaikan suku bunga acuan atau BI rate pada level 6,25% yang diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 23-24 April 2024. Akankah bunga kredit mobil dan sepeda motor akan naik, sehingga cicilan semakin mahal?
Sebagai informasi, suku bunga acuan BI tersebut naik dibandingkan pada RDG periode 19–20 Maret 2024 yang mana BI mempertahankan suku bunga sebesar 6%.
Keputusan menaikkan suku bunga acuan tersebut disebut bertujuan untuk memperkuat stabilitas rupiah dari kemungkinan memburuknya risiko global serta langkah preemptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025.
Presiden Direktur PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) atau CIMB Niaga Finance Ristiawan Suherman mengatakan perseroan melihat bahwa kestabilan ekonomi merupakan faktor utama yang mendukung kemajuan ekonomi bangsa, yaitu didalamnya stabilitas moneter, stabilitas suku bunga maupun stabilitas inflasi.
Namun, lanjut dia, melihat perkembangan saat ini kenaikan suku bunga untuk menahan nilai tukar rupiah dapat berdampak pada kenaikan beban pendanaan (cost of fund) yang berakibat kepada penurunan kebutuhan masyarakat.
“Kekhawatirannya adalah nilai tukar masih tidak stabil dan cenderung naik serta suku bunga yang dinaikkan. Kedua hal tersebut akan menurunkan laju perekonomian masyarakat,” kata Ristiawan kepada Bisnis, Kamis (25/4/2024).
Baca Juga
Lebih lanjut, Ristiawan mengatakan CNAF akan melakukan beragam inisiatif untuk memastikan bahwa kenaikan suku bunga pendanaan tidak berdampak negatif bagi masyarakat.
Dalam penentuan bunga pembiayaan ke masyarakat, CNAF tetap mengedepankan risk based pricing atau pengelolaan dana sesuai dengan profil risiko nasabah.
Dia menyebut saat ini suku bunga yang ditawarkan CNAF kepada nasabah sangat bervariasi dari setiap segmennya, di antaranya mobil baru, mobil bekas dan multiguna.
“CNAF menawarkan dari yang termurah 0% selama satu tahun serta bunga yang kompetitif tergantung dari tingkat risiko produk yang diajukan dan profil nasabahnya,” ungkapnya.
Ristiawan menyebut pihaknya juga belum berencana untuk merevisi target. Adapun untuk target penyaluran pembiayaan baru pada kuartal II/ 2024 ini, CNAF optimistis menargetkan sebesar Rp1,97 triliun atau tumbuh 13% yoy jika dibandingkan dengan periode kuartal I tahun 2024 Rp1,74 triliun.
Untuk sampai akhir tahun 2024, CNAF membidik pembiayaan baru sebanyak Rp10 triliun yang mana meningkat 15% yoy dari Rp8,5 triliun pada 2023.
Dalam memitigasi kebijakan kenaikan suku bunga ini dan memastikan dapat tercapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan, lanjut dia, CNAF sendiri akan melakukan berbagai strategi, di antaranya di sisi pendanaan, perseroan memiliki berbagai sumber pendanaan baik dari perbankan maupun dari pasar modal.
“Sedangkan untuk penentuan bunga pinjaman ke masyarakat, CNAF tetap mengedepankan risk based pricing. Dengan penyaluran pembiayaan yang sesuai dengan target market dan risiko kredit yang rendah maka diharapkan CNAF tetap dapat menjaga laba perusahaan sesuai target awal,” katanya.
Dari sisi pendanaan, CNAF memiliki berbagai sumber pendanaan baik dari perbankan maupun dari pasar modal, sehingga diharapkan tidak berpengaruh terhadap sumber pendanaan perseroan.
Sementara itu, PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk. (WOMF) atau WOM Finance saat ini belum memiliki rencana untuk melakukan penyesuaian suku bunga di tengah keputusan Bank Sentral menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate pada level 6,25%.
Direktur Keuangan WOM Finance Cincin Lisa Hadi mengatakan pihaknya juga optimistis kenaikan suku bunga tersebut tidak akan berpengaruh terhadap target perusahaan.
“Hingga saat ini, perusahaan belum memiliki rencana untuk melakukan revisi target pada tahun ini, tetapi perusahaan tetap terus melakukan monitoring serta evaluasi terhadap kondisi suku bunga dan market saat ini,” kata Cincin saat dihubungi Bisnis, Kamis (25/4/2024).
Adapun, WOM Finance menargetkan pertumbuhan pembiayaan baru mencapai 11% menjadi Rp6,5 triliun pada tahun ini Cincin mengatakan pihaknya sebenarnya menyadari kenaikan suku bunga acuan dari BI dapat berdampak pada bisnis perusahaan. Kenaikan tersebut menurutnya akan berimbas pada kenaikan cost of fund perusahaan.
Kendati demikian, lanjut Cincin, perusahaan akan terus melakukan berbagai inisiatif untuk memperoleh cost of fund yang paling efisien, di antaranya yakni dengan melakukan diversifikasi sumber pendanaan serta terus memperkuat hubungan dengan pihak perbankan.
“Hingga saat ini, perusahaan optimistis dapat terus memperoleh sumber pendanaan dengan tingkat suku bunga yang paling efisien,” katanya.
WOM Finance juga memastikan perseroan memproyeksikan permintaan pembiayaan pada kuartal II/2024 mampu tumbuh sebesar 10% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Pada kuartal I/2024, WOM Finance mencatatkan total penyaluran pembiayaan baru sebesar Rp1,4 triliun.