Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung melemah beberapa hari terakhir pasca lebaran Idulfitri 1445 H.
Mengutip data Bloomberg pada akhir pekan lalu (19/4/2024) pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah dengan turun 81 poin atau 0,50% ke Rp16.260 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah 0,09% ke 106,05.
Melemahnya nilai tukar rupiah berdampak pada beberapa sektor industri, termasuk pembiayaan atau multifinance. Meski demikian sejumlah pelaku industri masih optimistis akan kondisi bisnis ke depan.
Perusahaan multifinance PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) atau CIMB Niaga Finance misalnya, mengaku tidak terdampak langsung atas pelemahan rupiah saat ini baik dari sisi pendanaan ataupun pembiayaan. Bahkan, CNAF masih optimistis untuk bisa meningkatkan pembiayaan sesuai dengan target perseroan pada kuartal II/2024.
Adapun pada kuartal II/2024, CNAF menargetkan penyaluran pembiayaan sebesar Rp1,97 triliun atau tumbuh 13% apabila dibandingkan dengan target pada kuartal I/2023 yang mencapai Rp1,74 triliun.Adapun pada kuartal I/2024, CNAF mampu menyalurkan pembiayaan baru sebanyak Rp2,43 triliun yang meningkat 35% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan Rp1,8 triliun pada kuartal I/2023.
Secara keseluruhan pada 2024, CNAF menargetkan penyaluran pembiayaan baru sebanyak Rp9 triliun. “Sampai saat ini CNAF belum melihat adanya perubahan harga unit kendaraan/OTR. Sehingga CNAF masih optimistis untuk bisa meningkatkan pembiayaan sesuai dengan target perusahaan,” kata Ristiawan saat dihubungi Bisnis akhir pekan lalu (18/4/2024).
Baca Juga
Dalam memitigasi risiko kenaikan unit, Ristiawan mengatakan CNAF tetap memberikan penawaran yang menarik baik dari suku bunga maupun penentuan down payment (DP) sesuai dengan profil risiko nasabah. CNAF juga memberikan penawaran suku bunga yang bervariasi dari setiap segmennya yakni mobil baru, mobil bekas, dan multiguna.
“CNAF menawarkan dari yang termurah 0% selama satu tahun serta bunga yang kompetitif tergantung dari tingkat risiko produk yang diajukan dan profil nasabahnya,” kata Ristiawan.
Di sisi lain, PT Mandala Multifinance (MFIN) atau Mandala Finance secara aktif turut memonitor potensi faktor penghambat pada berbagai industri, termasuk bisnis pembiayaan pada tahun ini yang masih dibayangi kondisi ketidakpastian global dan melemahnya nilai rupiah yang juga berdampak pada kenaikan suku bunga bank sentral.
Namun demikian, Managing Director Mandala Finance Christel Lasmana mengatakan pihaknya meyakini kebijakan pemerintah terkait suku bunga dilakukan dalam upaya untuk mempertahankan stabilitas dan kondisi ekonomi masyarakat.
“Meski dengan adanya potensi kenaikan harga dan menurunnya minat masyarakat, kami tetap optimis industri pembiayaan tumbuh sejalan dengan outlook positif industri di kisaran 10-11%,” kata Christel kepada Bisnis, Kamis (18/4/2024).
Untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga, Christel menambahkan Mandala Finance juga akan menyesuaikan dan memperkuat strategi funding melalui diversifikasi pendanaan, pengaturan komposisi, serta mencari alternatif pendanaan dengan bunga yang relatif rendah, terutama dengan terciptanya sinergi dengan pemegang saham baru, yaitu MUFG Group.
Christel memastikan sampai saat ini Mandala Finance juga tidak menaikkan suku bunga pinjaman kepada konsumen demi mendorong permintaan pembiayaan, seiring dengan meningkatnya kebutuhan konsumen dan masyarakat terutama melalui sektor produktif.
“Target yang disasar perusahaan untuk kuartal II/2024 juga masih sesuai dengan rencana bisnis tahunan kami,” ungkapnya.
Mandala Finance sebelumnya optimistis penyaluran pembiayaan perseroan dapat tumbuh double digit pada 2024. Hal tersebut melihat industri pembiayaan yang diproyeksikan tumbuh 11%-13% pada tahun ini. Pada 2023, Mandala Finance berhasil menyalurkan pembiayaan sebanyak Rp5,5 triliun atau tumbuh 5,75% yoy dibandingkan Rp5,2 triliun pada 2022.
Perseroan juga berhasil meningkatkan pembiayaan pada kuartal I/2024 yang mencapai Rp1,4 triliun. Pembiayaan perseroan naik 18% yoy apabila dibandingkan kuartal I/2023.
Sementara itu, perusahaan pembiayaan PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk. (WOMF) atau WOM Finance menilai dengan adanya pelemahan rupiah tidak akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan bisnis ke depan.
Direktur Keuangan WOM Finance Cincin Lisa Hadi menyebut perusahaan sendiri cukup optimistis dengan kondisi nilai tukar rupiah relatif masih dapat terkendali ke depannya.
“Dan pertumbuhan bisnis perusahaan pembiayaan dapat terus berlanjut,” kata Cincin.