Bisnis.com, JAKARTA – Selama lima bulan pertama 2025 pembiayaan multifinance lini kendaraan bekas melesat, berlawanan arah dengan pembiayaan kendaraan baru yang terkoreksi.
Berdasarkan data Januari-Mei 2025, penyaluran pembiayaan kendaraan baru mengalami kontraksi 0,24% YoY menjadi Rp234,18 triliun. Sebaliknya, pembiayaan kendaraan bekas tumbuh 10% YoY jadi Rp117,55 triliun.
Menanggapi tren industri multifinance tersebut, Roberto AK Un, Finance Director PT Mandala Multifinance Tbk. (MFIN) atau Mandala Finance menilai peningkatan pembiayaan kendaraan bekas dan melambatnya pembiayaan kendaraan baru mencerminkan pergeseran perilaku masyarakat.
"Itu disebabkan karena melemahnya daya beli, harga kendaraan baru yang terus meningkat, skema pembiayaan kendaraan baru yang lebih ketat, ketersediaan stok kendaraan bekas yang berkualitas dan cukup banyak, perubahan pola konsumsi masyarakat, serta kondisi ketidakpastian ekonomi," kata Roberto kepada Bisnis, dikutip Minggu (20/7/2025).
Kendati terkontraksi, pembiayaan kendaraan baru industri multifinance porsinya masih lebih besar dibanding kendaraan bekas, yaitu 44,07% dibanding 22,12%.
Sementara bagi Mandala Finance sendiri, Roberto menjabarkan portofolio pembiayaan perusahaan didominasi oleh pembiayaan konsumen, meliputi pembiayaan motor baru, mobil bekas serta pembiayaan multiguna untuk modal kerja sektor produktif UMKM.
Baca Juga
"Hingga akhir Juni 2025, kinerja pembiayaan Mandala mencatat pertumbuhan single digit dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Secara umum, Mandala menerapkan strategi portofolio yang seimbang antara kendaraan baru dan bekas," tegasnya.
Menanggapi situasi perlambatan ekonomi saat ini, Roberto menegaskan sampai saat ini tidak ada revisi target yang dilakukan. Mandala Finance tetap fokus pada pertumbuhan penyaluran pembiayaan sesuai dengan preferensi konsumen dan dinamika pasar.
Sejalan dengan proyeksi Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) terhadap pertumbuhan industri yang diperkirakan berada di kisaran 7-8% di sepanjang tahun ini, Roberto menegaskan Mandala juga masih optimis prospek industri pembiayaan konsumen, termasuk kendaraan baru dan bekas tetap stabil.
"Kami telah menyesuaikan hal ini dengan target-target perusahaan hingga kuartal 3 di tahun 2025," ujarnya.
Meskipun pembiayaan kendaraan bekas saat ini diminati pasar, risikonya juga lebih besar. Pasalnya, pembiayaan kendaraan bekas memiliki potensi kerusakan yang lebih tinggi dan penurunan nilai yang lebih cepat. Oleh sebab itu, bunga pembiayaan kendaraan bekas biasanya dipatok lebih tinggi dibanding pembiayaan kendaraan baru.
"Namun, agar portofolio tetap sehat dan terjaga kami menerapkan prinsip kehati-hatian yang tepat sasaran, melakukan penilaian aset yang lebih ketat, diversifikasi portofolio, serta meningkatkan inovasi teknologi dalam produk dan layanan untuk menjawab berbagai kebutuhan serta melayani lebih banyak konsumen di Indonesia," pungkasnya.