Bisnis.com, JAKARTA – PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) mencatatkan total pembiayaan baru sebesar Rp5,19 triliun per Juni 2025, atau tumbuh 12% jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp4,63 triliun.
Presiden Direktur CNAF, Ristiawan Suherman merinci pertumbuhan tersebut berasal dari pembiayaan kendaraan baru sebesar Rp1,37 triliun dengan kontribusi sebesar 26%, kemudian kendaraan bekas sebesar Rp3,26 triliun dengan kontribusi sebesar 63%, dan refinancing atau dana tunai sebesar Rp552,89 miliar dengan kontribusi sebesar 11%.
"Sampai saat ini, tidak ada perubahan presentase kontribusi pembiayaan untuk kendaraan baru maupun bekas. CNAF masih optimis untuk mencapai target total pembiayaan baru sebesar Rp9,5 triliun di tahun 2025 ini," kata Ristiawan kepada Bisnis, dikutip Minggu (18/7/2025).
Berdasarkan data industri multifinance yang dilaporkan OJK dalam Januari-Mei 2025, penyaluran pembiayaan kendaraan baru mengalami kontraksi 0,24% YoY menjadi Rp234,18 triliun.
Sebaliknya, pembiayaan kendaraan bekas tumbuh 10% YoY jadi Rp117,55 triliun. Melesatnya pembiayaan kendaraan bekas dibanding kendaraan baru tersebut ditengarai oleh faktor daya beli masyarakat.
Meski kontraksi, pembiayaan kendaraan baru porsinya masih lebih besar dibanding kendaraan bekas, yaitu 44,07% dibanding 22,12%.
Baca Juga
Ristiawan mengatakan daya beli memang turut menjadi salah satu faktor atau tantangan diharapi perusahaan saat ini, ditambah lagi dengan situasi makro ekonomi yang tidak stabil menjadikan masyarakat cenderung menahan dan menunda segala kebutuhan serta keingginan mereka.
"Hal tersebut berdampak pada penjualan kendaraan dan pembiayaan yang kinerjanya melambat. Namun, CNAF mampu bertahan di tengah situasi market yang tidak stabil ini dengan mencatatkan pertumbuhan pembiayaan baru sebesar 12% di periode semester I-2025," tegasnya.
Menyikapi kondisi makro ekonomi saat ini, Ristiawan mengatakan CNAF telah menyusun strategi inisiatif dengan lebih memperhatikan aspek prudential perusahaan sehingga lebih selektif dalam menganalisa calon nasabah pembiayaan.
CNAF juga menggunakan metode application score, di mana acceptance criteria calon nasabah akan dipengaruhi dari hasil analisa risiko nasabah itu sendiri. Semakin low risk, semakin mudah untuk mendapatkan persetujuan pembiayaan.
Di sisi lain, Ristiawan menjabarkan bahwa bersama induk usaha, CNAF juga terus bersinergi dalam menawarkan cross selling produk pembiayaan CNAF yang difokuskan bagi nasabah eksisting yang mempunyai latar belakang transaksi yang baik.
Selain itu, CNAF juga memperkuat digitalisasi proses bisnis untuk semakin memudahkan calon nasabah untuk melakukan proses transaksi pengajuan pembiayaan menjadi cepat dan aman.
"CNAF optimis di Semester II/2025 akan lebih baik dari semester I kemarin. Didukung dengan banyaknya gelaran event yang akan diselenggarakan mendatang salah satunya GIIAS, momentum-momentum ini akan turut menggenjot penjualan kendaraan dan pembiayaan," ujarnya.
Portofolio pembiayaan CNAF dalam semester I/2025 ini didominasi oleh pembiayaan kendaraan bekas. Umumnya, bunga pembiayaan kendaraan bekas lebih tinggi dibandingkan dengan kendaraan baru karena dianggap memiliki risiko yang lebih besar bagi perusahaan pembiayaan, seperti potensi kerusakan yang lebih tinggi dan penurunan nilai yang lebih cepat.
Sedangkan bagi CNAF sendiri, Ristiawan menjelaskan untuk pengenaan rate setiap nasabah ditetapkan berbeda-beda dengan menggunakan metode risk based pricing, di mana penentuan suku bunga berdasarkan profil tingkat risiko dari nasabah itu sendiri.
"Upaya tersebut dilakukan CNAF untuk menjaga kualitas portofolio perusahaan agar tetap sehat dan bertumbuh," pungkasnya.