Bisnis.com, JAKARTA – Statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pembiayaan industri multifinance dalam kuartal I/2025 sebesar 55,6% terkonsentrasi di Pulau Jawa, sementara 11,1% mengalir ke Kawasan Timur Indonesia.
Meski begitu, secara pertumbuhan pembiayaan multifinance di wilayah Indonesia Timur lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan di Pulau Jawa.
Data tersebut, bagi PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF) atau Adira Finance dilihat sebagai pasar potensial.
Chief of Financial Officer Adira Finance, Sylvanus Gani mengatakan perusahaan telah menyiapkan sejumlah strategi menyambut peluang pasar tersebut.
"Strategi yang dilakukan perusahaan di antaranya adalah memperkuat jaringan distribusi dan pelayanan di wilayah Indonesia Timur, serta memperluas kerja sama dengan dealer dan mitra strategis setempat," kata Gani kepada Bisnis, Kamis (19/6/2025).
Adapun dalam periode Januari-April 2024, OJK mencatat pembiayaan multifinance di Provinsi Papua Selatan tumbuh paling tinggi mencapai 86,39% year on year (YoY), melebihi pertumbuhan rata-rata nasional sebesar 3,67% YoY.
Baca Juga
Gani mengatakan bahwa meskipun pertumbuhan industri pembiayaan secara nasional melambat, Kawasan Timur Indonesia tetap menjadi pasar yang penting untuk ekspansi. Namun, kontribusinya terhadap pertumbuhan agregat masih terbatas dibandingkan Pulau Jawa yang berpopulasi lebih besar.
"Menurut pandangan kami, kawasan ini [Kawasan Timur Indonesia] merupakan sumber pertumbuhan baru jangka menengah dan panjang, bukan pendorong utama dalam jangka pendek," tambahnya.
Bagi ADMF sendiri, dalam periode Januari-Mei 2025 total pembiayaan baru yang disalurkan perusahaan khusus di luar Pulau Jawa mencapai Rp6,5 triliun, atau berkontribusi sebesar 50% dari keseluruhan portofolio pembiayaan perusahaan.
Dari jumlah tersebut, Kawasan Timur Indonesia mencatatkan pembiayaan baru sebesar Rp1,8 triliun, atau sekitar 13% dari total portofolio perusahaan.
Peluang pasar segar multifinance di Kawasan Timur Indonesia juga dilirik PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF).
Sampai dengan Mei 2025, portofolio pembiayaan (aset kelolaan) CNAF di wilayah Indonesia Timur mencapai Rp2,69 triliun, atau tumbuh 29% jika dibandingkan dengan periode per Mei 2024 yang mencapai Rp2,09 triliun.
Sedangkan portofolio terbesar CNAF masih disalurkan ke wilayah Pulau Jawa, yaitu sebesar Rp9,52 triliun atau tumbuh 13% jika dibandingkan dengan bulan Mei 2024 sebesar Rp8,42 triliun.
"Berdasarkan data di atas, secara portofolio untuk Kawasan Timur Indonesia mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang lain," kata Presiden Direktur CNAF, Ristiawan Suherman.
Ristiawan mengatakan wilayah Indonesia Timur memiliki potensi yang cukup besar untuk penetrasi produk pembiayaan.
Dia menegaskan, CNAF konsisten untuk terus meningkatkan penyaluran pembiayaan dan juga memaksimalkan potensi market dengan terus menjalin relasi dengan mitra (dealer dan showroom) di Kawasan Timur Indonesia.
"CNAF melihat dengan adanya potensi market yang cukup besar di Indonesia Timur, hal ini dapat dimaksimalkan oleh pelaku industri multifinance untuk menjadi salah satu pendorong pertumbuhan pembiayaan industrinya. Namun, potensi pasar di Indonesia Timur tidak akan terlalu berdampak dalam menopang perlambatan pembiayaan di wilayah Sumatera dan Jawa," tambahnya.
Sebagai informasi, pembiayaan industri multifinance dalam kuartal I/2025 yang tersalurkan di Kawasan Timur Indonesia mencapai Rp59,78 triliun atau mencapai 11,1% dari total pembiayaan. Meski porsinya kecil, pembiayaan multifinance di Indonesia Timur tumbuh 7,4% YoY.
Sementara itu, pembiayaan multifinance di Pulau Jawa dalam kuartal I/2025 mencapai Rp299,77 triliun atau mencapai 55,6% dari total pembiayaan industri. Meski nilainya lebih besar dibandingkan dengan Kawasan Timur Indonesia, pertumbuhan pembiayaan di Pulau Jawa lebih rendah, yakni 5% YoY.