Bisnis.com, JAKARTA - Pasar otomotif dalam negeri belum bergairah hingga semester I/2025. Lalu, bagaimana dengan prospek pembiayaan kendaraan?
Sebagai informasi, sepanjang periode Januari hingga Juni 2025 total penjualan mobil wholesales anjlok 8,6% YoY menjadi 374.740 unit. Pada periode yang sama tahun sebelumnya penjualan wholesales tercatat sebanyak 410.020 unit.
Kemudian, penjualan mobil secara ritel turun 9,7% menjadi 390.467 unit dari 432.453 unit pada 6 bulan pertama 2024.
Meskipun masih lesu, sejumlah pengamat dan pelaku perbankan menilai bisnis auto loan atau kredit kendaraan bermotor masih prospektif di masa mendatang.
“Bisnis auto loan masih prospektif di masa yang akan datang dan agunan yang tersedia juga mencukupi ketika kredit bermasalah yaitu dengan penjualan agunan kendaraan yang diberikan ke bank,” kata Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan kepada Bisnis, Kamis (7/8/2025).
Kendati begitu, dia mengakui bahwa saat ini penjualan otomotif mengalami penurunan imbas kondisi ekonomi dan daya beli yang belum membaik.
Baca Juga
Untuk itu, Trioksa menilai perlu strategi yang baik ketika terjun ke sebuah bisnis yang sedang lesu, sehingga dapat memaksimalkan bisnis. Misalnya, kata dia, dengan bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan otomotif besar seperti Astra.
Sejumlah bank pun masih tertarik untuk menggarap pembiayaan kendaraan. Dalam catatan Bisnis, BBRI tahun ini berencana mengoptimalkan ekosistem auto loan melalui anak usahanya BRI Finance.
Direktur Utama BRI Hery Gunardi menilai potensi dari bisnis auto loan cukup menjanjikan. Apalagi, BBRI saat ini memiliki lebih dari 80 juta nasabah.
“Ini bisa jadi lebih bagus karena kita lakukan cross sell ya, nasabah yang punya potensi untuk membeli motor atau mobil itu jadi enggak usah jauh-jauh pembiayaannya, bisa menggunakan BRI,” tutur Hery Gunardi, Kamis (31/7/2025).
Sementara itu, BBTN sedang mempertimbangkan untuk memperluas bisnis kredit kendaraan bermotor. Kendati tertarik untuk masuk ke bisnis auto loan, Direktur Network & Retail Funding BTN Rully Setiawan menyampaikan bahwa perseroan berencana untuk bekerja sama dengan pihak lain yang telah memiliki ekosistem auto loan.
“Daripada kita membangun [dari awal], kita bikin dulu mekanisme joint financing,” kata Rully dalam media briefing di Jakarta Selatan, dikutip Kamis (7/8/2025).
Menanggapi rencana tersebut, Pengamat Perbankan Paul Sutaryono menyebut kelompok bank apapun perlu melakukan penetrasi ke bisnis baru yang memiliki prospek cerah, seperti halnya bisnis otomotif.
Dia mengatakan, selama ini auto loan banyak digarap oleh perusahaan pembiayaan atau multifinance yang menjadi anak perusahaan bank. Dengan terjunnya sejumlah bank ke auto loan, menurutnya hal ini merupakan inisiatif yang positif.
“Ini inisiatif atau terobosan yang bagus, tetapi hal itu bisa jadi muncul conflict of interest ketika bank telah memiliki perusahaan pembiayaan,” ujar Paul.
Paul menambahkan rencana BBRI dan BBTN mengeksplor ke area bisnis baru termasuk auto loan merupakan langkah bisnis yang strategis mengingat Indonesia menjadi negara yang sarat produk otomotif. “Tentu saja, hal itu tantangan bisnis ke depan yang cerah,” pungkasnya.