Bisnis.com, KEDIRI - Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) kembali membuktikan manfaat nyata bagi masyarakat. Program JKN memberikan perlindungan hampir seluruh jenis penyakit, termasuk penyakit kronis yang membutuhkan biaya tinggi dan perawatan jangka panjang.
Sutaji (53), warga Kelurahan Pakunden Kota Kediri, menjadi salah satu peserta JKN dengan segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) mengaku merasakan langsung kemudahan dan manfaat layanan kesehatan yang diberikan melalui Program JKN. Pria paruh baya yang saat ini sedang mengalami gangguan kesehatan mengharuskan dirinya menjalani pemeriksaan dan pengobatan rutin di rumah sakit.
"Saya sudah menjadi peserta JKN sejak enam tahun lalu. Awalnya, mengalami tekanan darah tinggi, tapi karena merasa tidak terlalu parah, saya tidak memeriksakannya ke dokter. Saya hanya membeli obat di warung saja. Namun, seiring waktu, kondisi saya justru semakin memburuk,” ujar Sutaji saat dijumpai pada Selasa (19/08).
Sutaji yang saat ini didiagnosis mengidap gagal ginjal mengharuskan dirinya menjalani prosedur hemodialisis atau cuci darah. Untuk diketahui, hemodialisis dilakukan karena fungsi ginjal yang sudah tidak lagi bekerja dengan baik dan dilakukan dengan cara menyaring darah untuk membuang zat-zat sisa, racun, serta kelebihan cairan yang seharusnya disaring oleh ginjal.
Kondisi ini merupakan hasil dari penyakit tekanan darah tinggi yang dibiarkan tanpa penanganan medis yang tepat selama bertahun-tahun. Kini, Sutaji harus rutin dua kali dalam seminggu untuk menjalani cuci darah.
“Sebenarnya saya tidak tahu pasti apa yang menyebabkan saya gagal ginjal. Saya hanya ingat dulu sering mengonsumsi obat warung tanpa resep dokter. Mungkin karena itu penyebabnya sehingga saat ini saya harus rutin melakukan cuci darah secara rutin,” pungkasnya.
Ditemui tengah terbaring di ruang perawatan rumah sakit, Sutaji yang sedang menjalani cuci darah mengaku sangat bersyukur telah terdaftar sebagai peserta JKN. Baginya, memiliki perlindungan kesehatan sangatlah penting, terutama di tengah kondisi fisik dan ekonomi yang kini semakin terbatas.
“Kalau tidak ada JKN, saya benar-benar tidak tahu bagaimana bisa bertahan menjalani pengobatan ini. Biaya untuk berobat gagal ginjal sangat besar, belum lagi saya harus menjalani cuci darah dua kali setiap minggu. Tanpa bantuan dari JKN, mungkin saya dan keluarga akan kewalahan menanggung semua biaya. Alhamdulillah sekarang semuanya ditanggung, saya hanya perlu fokus untuk sembuh,” ucapnya.
Sebelum didiagnosis mengidap gagal ginjal, Sutaji adalah seorang pekerja aktif di sebuah usaha rental mobil. Namun sejak kesehatannya memburuk, ia harus berhenti bekerja. Tubuhnya tidak lagi sekuat dulu, dan jadwal cuci darah yang padat membuatnya tak mungkin kembali ke dunia kerja.
“Saya tidak bisa bekerja lagi seperti dulu. Sekarang hanya fokus berobat dan jaga kondisi. Untungnya semua biaya perawatan ditanggung JKN. Saya benar-benar merasa tertolong,” ungkapnya.
Sutaji menyadari bahwa memiliki perlindungan kesehatan sangat penting. Terlebih jika sudah mengalami sakit yang cukup berat dan memerlukan pengobatan rutin dengan biaya yang tinggi.
Kini, melalui pengalamannya, Sutaji berharap masyarakat bisa lebih peduli terhadap kesehatan sejak dini. Ia menekankan bahwa menjadi peserta aktif JKN bukan hanya untuk mereka yang sudah sakit, tapi justru sebagai langkah antisipasi ketika tubuh masih sehat. Menurutnya, jangan sampai seseorang baru menyadari pentingnya perlindungan kesehatan ketika sudah terlambat.
“Saya berharap orang-orang tidak menunggu jatuh sakit dulu seperti saya. Lebih baik menjaga dan mempersiapkan diri dari sekarang. Program JKN sangat membantu ketika kita benar-benar membutuhkannya,” tutup Sutaji. (tr/rn)