Cincin menilai pelemahan rupiah yang sebelumnya sempat terjadi pada 2020 berbeda dengan kondisi saat ini. Pasalnya pada 2020 bersamaan dengan kondisi pandemi Covid-19 sehingga berdampak signifikan terhadap kondisi ekonomi kala itu.
Namun saat ini, menurutnya kondisi ekonomi Indonesia relatif masih cukup baik sehingga perusahaan cukup optimis dapat terus melanjutkan pertumbuhan bisnisnya pada tahun ini.
“Hingga saat ini, perusahaan pun belum berencana melakukan revisi atas target pembiayaan pada 2024. Perusahaan sendiri optimis dapat melakukan pembiayaan baru sesuai dengan target yang telah ditetapkan,” ungkapnya.
Adapun WOM Finance membidik pertumbuhan pembiayaan sebesar 11% atau Rp6,5 triliun pada tahun ini. Ke depan, perseroan juga akan terus melakukan monitoring serta evaluasi secara berkala terhadap kondisi ekonomi serta pasar yang terjadi saat ini.
“Hingga saat ini pula, seluruh pinjaman yang dimiliki perusahaan sendiri berada dalam bentuk mata uang rupiah sehingga pelemahan mata uang rupiah relatif tidak berdampak terhadap kinerja keuangan perusahaan,” tandasnya.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Finance (BCA Finance) Roni Haslim tidak menampik kemungkinan adanya pengaruh gejolak pelemahan rupiah terhadap penjualan mobil. Namun demikian, dirinya berharap pelemahan rupiah pada pertengahan April 2024 ini tidak berpengaruh terhadap kinerja kuartal II/2024.
Baca Juga
Pihaknya juga masih optimistis terhadap bisnis dan tidak berpikir untuk melakukan revisi target pada 2024.
“Kami akan lebih ketat menjaga kualitas akuisisi,untuk mengantisipasi melemahnya kemampuan membayar angsuran masyarakat,” tutur Roni kepada Bisnis, Kamis (18/4/2024).
Pada kuartal I/2024, BCA Finance telah menyalurkan pembiayaan baru sebanyak Rp10,9 triliun. Angka tersebut lebih tinggi 13,8% yoy apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Adapun penyaluran pembiayaan tersebut masih didominasi oleh kredit mobil baru mencapai 70%.