Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Bank Jumbo Anjlok pada Awal Pekan, BBCA Paling Parah

Saham bank jumbo anjlok, BBCA turun 2,30% akibat isu pengambilalihan dan reputasi, meski fundamental tetap solid. Koreksi ini dinilai jangka pendek.
Pekerja beraktivitas di dekat logo Bank BCA di Jakarta. / Bisnis-Himawan L Nugraha
Pekerja beraktivitas di dekat logo Bank BCA di Jakarta. / Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Deretan saham-saham bank jumbo kompak anjlok pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (19/8/2025). Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mengalami penurunan terdalam di antara bank jumbo lainnya.

Mengutip data Stockbit, saham BBCA tercatat anjlok 2,30% menjadi Rp8.500 per saham pada penutupan perdagangan hari ini. Posisi selanjutnya, ditempati oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) yang turun 1,94%, ditutup di level Rp4.040 per saham.

Saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) anjlok sebesar 1,03% pada penutupan perdagangan hari ini, ke level Rp4.800 per saham. Terakhir, ada PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) yang mengalami koreksi sebesar 0,92% menjadi Rp4.330 per saham.

Investment Analyst Ekky Topan menilai bahwa penurunan saham BBCA ini lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen isu yang beredar, seperti wacana pengambilalihan 51% saham BBCA oleh pemerintah serta sorotan publik terkait kasus penyebutan rekening pribadi artis tanpa izin yang menyeret reputasi bank.

“Kedua hal ini menimbulkan kekhawatiran jangka pendek di pasar, meski sejatinya tidak terkait langsung dengan operasional inti perseroan,” kata Ekky kepada Bisnis, Selasa (19/8/2025).

Jika melihat dari sisi fundamental, Ekky menyebut bahwa bank swasta milik Grup Djarum itu masih solid. Per Juli 2025, laba bersih bank saja tercatat Rp4,8 triliun atau turun 2% secara tahunan (year on year/YoY), sementara total laba bersih tercatat tumbuh 11% (YoY) menjadi Rp34,7 triliun, sudah hampir mencapai 60% dari target konsensus 2025.

Artinya, lanjut dia, pelemahan harga saham BBCA saat ini lebih mencerminkan reaksi pasar terhadap isu eksternal ketimbang pelemahan fundamental.

“Karena itu, saya menilai koreksi ini bersifat jangka pendek,” ujarnya.

Menurutnya, jika arus dana asing kembali stabil dan sentimen mereda, peluang teknikal beli justru terbuka bagi investor.

Namun tentu tetap perlu kewaspadaan. Pasalnya, kata dia, pergerakan saham sensitif terhadap perkembangan isu-isu seputar reputasi dan kebijakan pemerintah.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro