Berdasarkan rekapitulasi laporan keuangan audited yang dihimpun Bisnis, sebelas emiten asuransi secara total meraup premi bruto senilai Rp10,22 triliun.
Realisasi tersebut tumbuh tipis, yakni 0,33% (yoy) dibandingkan total premi bruto sebelas perusahaan itu pada 2015, yang tercatat senilai Rp10,19 triliun.
Berdasarkan catatan Bisnis, pada akhir kuartal III tahun lalu nilai total pendapatan premi emiten asuransi sempat anjlok 10,21% (yoy) setelah masih bertumbuh 12,12% (yoy) pada kuartal II.
Dari sebelas perusahaan tercatat itu, tujuh emiten merealisasikan pertumbuhan pendapatan premi bruto. PT Victoria Insurance Tbk. (VINS) meraup pendapatan premi dengan pertumbuhan terbesar, yakni 62,57% (yoy) menjadi Rp64,74 miliar.
Menyusul, PT Asuransi Ramayana (ASRM) dan PT Asuransi Dayin Mitra Tbk. (ASDM) masing-masing meraih pertumbuhan pendapatan premi 13,36% dan 11,53% (yoy) menjadi Rp939,92 miliar dan Rp739,46 miliar.
Pertumbuhan perolehan premi juga dibukukan PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk. (AMAG), PT Asuransi Bintang Tbk. (ASBI), PT Lippo General Insurance Tbk. (LPGI) dan PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk. (AHAP), yakni masing-masing sebesar 8,32%, 7,71%, 6,05% dan 0,64% (yoy).
Sebaliknya, empat emiten, yakni PT Asuransi Bina Dana Artha Tbk. (ABDA), PT Paninvest Tbk. (PNIN), PT Asuransi Mitra Maparya Tbk. (ASMI) dan PT Asuransi Jasa Tania Tbk. (ASJT).
Premi bruto ABDA menurun hingga 14,39% (yoy) pada 2016 menjadi Rp1,38 triliun. Sedangkan, premi bruto tiga asuransi lain menurun tipis, yakni secara berturut-turut 4,57%, 1,18%, dan 0,88% (yoy).
Sunyata Wangsadarma, Direktur Utama AHAP, mengatakan lini bisnis kendaraan bermotor masih menjadi andalan bagi bisnis pihaknya. Masih lesunya kinerja industri otomotif sepanjang 2016 pun dinilai menjadi faktor dominan yang memengaruhi pendapatan premi perseroan.
“Tahun lalu bisnis mobil nasional masih lesu bahkan menurun dibandingkan tahun sebelumnya,” ungkapnya kepada Bisnis, Minggu (2/4/2017).
Sunyata menjelaskan aspek operasional juga menjadi kendala bagi AHAP dalam merealisasikan pertumbuhan premi yang lebih tinggi. Pihaknya pada tahun lalu mulai melakukan integrasi dan digitalisasi sistem.
Menurutnya, langkah tersebut berdampak pada kinerja operasional AHAP sebab memerlukan proses penyesuaian.
“Karyawan-karyawan yang tidak terbiasa menjadi kedodoran menyebabkan terganggunya operational AHAP baik penerbitan polis-polis maupun penyelesaian klaim-klaimnya.”
Rekapitulasi Premi Bruto Emiten Asuransi 2016 (RpJuta) | |||
Emiten | Premi Bruto | % | |
2014 | 2015 | ||
ABDA | 1.178.111 | 1.376.099 | -14,39% |
AHAP | 328.363 | 326.278 | 0,64% |
AMAG | 981.897 | 906.518 | 8,32% |
ASBI | 333.042 | 309.215 | 7,71% |
ASDM | 824.752 | 739.460 | 11,53% |
ASJT | 259.044 | 261.352 | -0,88% |
ASMI | 297.375 | 300.927 | -1,18% |
ASRM | 1.065.490 | 939.925 | 13,36% |
LPGI | 1.285.917 | 1.212.613 | 6,05% |
PNIN | 3.602.671 | 3.775.395 | -4,57% |
VINS | 64.742 | 39.824 | 62,57% |
TOTAL | 10.221.404 | 10.187.606 | 0,33% |
Sumber: BEI |