Bisnis.com, JAKARTA - PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF mengungkap tantangan dalam menjalankan peran sebagai lembaga pembiayaan program Kredit Pemilikan Rumah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR FLPP).
Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo menyampaikan bahwa penyediaan fiskal jangka panjang sesuai sifat program menjadi persoalan serius yang dihadapi. Saat ini, badan usaha di bawah Kementerian Keuangan itu memilih menerbitkan surat utang untuk mendukung pembiayaan.
"Kami harus mengeluarkan surat utang sendiri dari buku kami, kami jadikan satu sehingga jumlah unitnya bisa bertambah 25%. Itu sebenarnya fisikal tools pemerintah, tapi tantangan ke depan yaitu dana jangka panjang yang murah itu enggak gampang," lanjut Ananta di DPR, Rabu (23/7/2025).
Ia menambahkan bahwa penerbitan surat utang secara terus-menerus dengan tenor di bawah KPR oleh SMF akan menimbulkan tantangan baru karena persaingan pendanaan dengan entitas lain di pasar domestik seperti pemerintah dan BUMN lainnya. "Kalau kami mengeluarkan surat utang terus di lokal market yang beli dia-dia juga, asuransi, dana pensiun, di mana pemerintah juga ambil dari situ, BUMN semua juga di situ. Jadi semua ada keterbatasan, harus duduk bersama, sebenarnya uangnya ada enggak sih kalau kita mengeluarkan surat utang," jelasnya.
Untuk itu, Ananta mendorong agar opsi pendanaan dari luar negeri mulai dipertimbangkan sebagai solusi jangka panjang. Ia mencontohkan beberapa negara yang berhasil menggunakan utang luar negeri untuk mendanai pembangunan rumah bagi masyarakat.
"Tadi disebutkan coba dibuka opsi bisa enggak [dana] dari luar masuk ke dalam. Itu yang dilaksanakan oleh SMF di luar negeri, dana masuk ke dalam untuk pembangunan perumahan untuk rakyatnya. Ini tantangan kami," katanya.
Baca Juga
Sebagai informasi, pembiayaan KPR FLPP saat ini bersumber dari skema gabungan antara SMF dan Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera). SMF menyumbang 25% porsi pembiayaan, yang berasal dari kombinasi Penyertaan Modal Negara (PMN) dan dana internal, sementara 75% sisanya berasal dari BP Tapera.
"Antara PMN yang diterima SMF dan kami leverage itu porsi 25% dan BP Tapera 75%, itu blended antara Tapera dan SMF masuk ke pihak perbankan rate-nya adalah 1,5%. Pihak bank menyalurkan ke MBR 5%," pungkas Ananta.
Untuk diketahui, program KPR FLPP ditujukan untuk membantu Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) memiliki rumah dengan skema bunga rendah sebesar 5%.