Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SMF Ungkap Tantangan Pembiayaan Jangka Panjang Membiayai Pejuang KPR FLPP

SMF menghadapi tantangan pembiayaan jangka panjang untuk KPR FLPP, dengan opsi pendanaan luar negeri dipertimbangkan untuk mengatasi keterbatasan dana domestik.
Warga melintas di dekat logo PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) di Jakarta, Kamis (20/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Warga melintas di dekat logo PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) di Jakarta, Kamis (20/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Ringkasan Berita
  • SMF menghadapi tantangan dalam menyediakan pembiayaan jangka panjang untuk program KPR FLPP, terutama terkait penerbitan surat utang yang memiliki pembeli terbatas.
  • Penerbitan surat utang oleh SMF menimbulkan persaingan pendanaan di pasar domestik dengan entitas lain seperti pemerintah dan BUMN.
  • SMF mempertimbangkan opsi pendanaan dari luar negeri sebagai solusi jangka panjang untuk mendukung pembiayaan perumahan bagi masyarakat.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA - PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF mengungkap tantangan dalam menjalankan peran sebagai lembaga pembiayaan program Kredit Pemilikan Rumah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR FLPP).

Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo menyampaikan bahwa penyediaan fiskal jangka panjang sesuai sifat program menjadi persoalan serius yang dihadapi. Saat ini, badan usaha di bawah Kementerian Keuangan itu memilih menerbitkan surat utang untuk mendukung pembiayaan.

"Kami harus mengeluarkan surat utang sendiri dari buku kami, kami jadikan satu sehingga jumlah unitnya bisa bertambah 25%. Itu sebenarnya fisikal tools pemerintah, tapi tantangan ke depan yaitu dana jangka panjang yang murah itu enggak gampang," lanjut Ananta di DPR, Rabu (23/7/2025).

Ia menambahkan bahwa penerbitan surat utang secara terus-menerus dengan tenor di bawah KPR oleh SMF akan menimbulkan tantangan baru karena persaingan pendanaan dengan entitas lain di pasar domestik seperti pemerintah dan BUMN lainnya. "Kalau kami mengeluarkan surat utang terus di lokal market yang beli dia-dia juga, asuransi, dana pensiun, di mana pemerintah juga ambil dari situ, BUMN semua juga di situ. Jadi semua ada keterbatasan, harus duduk bersama, sebenarnya uangnya ada enggak sih kalau kita mengeluarkan surat utang," jelasnya.

Untuk itu, Ananta mendorong agar opsi pendanaan dari luar negeri mulai dipertimbangkan sebagai solusi jangka panjang. Ia mencontohkan beberapa negara yang berhasil menggunakan utang luar negeri untuk mendanai pembangunan rumah bagi masyarakat.

"Tadi disebutkan coba dibuka opsi bisa enggak [dana] dari luar masuk ke dalam. Itu yang dilaksanakan oleh SMF di luar negeri, dana masuk ke dalam untuk pembangunan perumahan untuk rakyatnya. Ini tantangan kami," katanya.

Sebagai informasi, pembiayaan KPR FLPP saat ini bersumber dari skema gabungan antara SMF dan Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera). SMF menyumbang 25% porsi pembiayaan, yang berasal dari kombinasi Penyertaan Modal Negara (PMN) dan dana internal, sementara 75% sisanya berasal dari BP Tapera.

"Antara PMN yang diterima SMF dan kami leverage itu porsi 25% dan BP Tapera 75%, itu blended antara Tapera dan SMF masuk ke pihak perbankan rate-nya adalah 1,5%. Pihak bank menyalurkan ke MBR 5%," pungkas Ananta.

Untuk diketahui, program KPR FLPP ditujukan untuk membantu Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) memiliki rumah dengan skema bunga rendah sebesar 5%.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro