Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OJK Optimistis Perbankan Sumbar Potensial Tumbuh 12%

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumatra Barat memproyeksikan pertumbuhan kinerja perbankan daerah itu di semester kedua tahun ini bisa tembus dua digit pada kisaran 12%.
Uang rupiah./JIBI-Abdullah Azzam
Uang rupiah./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, PADANG - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumatra Barat memproyeksikan pertumbuhan kinerja perbankan di provinsi tersebut bisa tembus dua digit pada kisaran 12% hingga akhir tahun 2017.

Kepala OJK Perwakilan Sumbar Indra Yuheri optimistis kinerja perbankan daerah itu bakal kinclong pada paruh kedua mengingat mulai membaiknya ekonomi, dan meningkatnya konsumsi masyarakat.

“Biasanya di semester kedua memang lebih menggeliat. Perkiraan kami untuk Sumbar secara keseluruhan masih bisa tumbuh 12%,” ujarnya kepada Bisnis.com, Kamis (24/8/2017).

Indra menuturkan sepanjang awal tahun ini, melambatnya pertumbuhan ekonomi terutama di sektor pertanian dan perdagangan ikut berkontribusi mengerem laju pertumbuhan pembiayaan perbankan.

Secara umum, perbankan di Sumbar hanya tumbuh di kisaran 7% di semester pertama. Bahkan, pada kuartal pertama tahun ini, pertumbuhan aset perbankan Sumbar hanya 6,7% dari Rp55,52 triliun menjadi Rp59,26 triliun.

Sementara itu, kinerja pembiayaan juga melambat hanya dikisaran 5,6% menjadi Rp50,92 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp48,23 triliun.

Lambatnya pertumbuhan kredit juga sejalan dengan seretnya penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang hanya tumbuh 5,2% menjadi Rp35,94 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp34,16 triliun.

Indra meyakini peningkatan kredit konsumsi di paruh kedua, dan progres pembangunan infrastruktur pemerintah bakal ikut mendongkrak pertumbuhan pembiayaan di Sumbar. Pihaknya juga mendorong perbankan mengembangkan variasi kredit ke sektor yang selama ini belum mendapatkan prioritas, seperti perikanan dan sektor pariwisata.

Apalagi, untuk sektor perdagangan yang selama ini menjadi basis pembiayaan perbankan daerah itu, baik pedagang besar maupun eceran cenderung mengalami pembengkakan rasio kredit bermasalah.

Non performing loan/NPL atau rasio kredit bermasalah sektor perdagangan mencapai 6,71% per Mei tahun ini. Namun, secara keseluruhan NPL perbankan daerah itu masih di kisaran 3,06%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Heri Faisal
Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper