Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Isu Penipuan Jadi Topik Konferensi Asuransi di Bali

Isu penipuan (fraud) menjadi topik utama pembahasan di konferensi asuransi dan reasuransi internasional tahunan, Indonesia Rendezvous ke-23, yang digelar pada 11-14 Oktober 2017 di Bali.
Karyawan berkomunikasi di kantor Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI). Jakarta, Rabu (5/7)./JIBI-Nurul Hidayat
Karyawan berkomunikasi di kantor Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI). Jakarta, Rabu (5/7)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, BALI -  Isu penipuan (fraud) menjadi topik utama pembahasan di konferensi asuransi dan reasuransi internasional tahunan, Indonesia Rendezvous ke-23, yang digelar pada 11-14 Oktober 2017 di Bali.

Diselenggarakan oleh Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), event ini diikuti oleh 70 perusahaan dari sembilan negara/wilayah, yakni Indonesia, China, Korea Selatan, Hong Kong, India, Malaysia, Singapura, Afrika Selatan, dan Thailand.

Dengan mengusung tema Reforming The Fight Against Fraud in Insurance Industry, Indonesia Rendevous ke-23 akan berfokus pada pembahasan isu praktik penipuan pada industri asuransi, dan langkah apa saja yang harus diambil oleh industri dan pemerintah untuk meminimalisir risikonya.

Ketua Pelaksana Indonesia Rendezvous ke-23, Rismauli Silaban mengharapkan acara ini dapat memberikan kesempatan untuk dapat membangun dan memperkuat hubungan di antara perusahaan asuransi. "Terutama pada isu penipuan,"  ujarnya saat ditemui di sela-sela event tersebut di Bali, Rabu (11/10/2017).

Direktur Teknik Pengembangan Indonesia Re Adi Pramana, yang juga Chairman of International Relation AAUI, mengatakan industri asuransi sangat rentan dengan praktik penipuan apalagi dengan biaya akuisisi yang tinggi, pertumbuhan ekonomi, dan kemajuan teknologi.

"Dari waktu ke waktu, dalam kegiatan bisnis sehari-hari, kita menemukan kasus penipuan atau upaya kecurangan yang tidak hanya terkait dengan klaim tapi juga selama proses akuisisi bisnis. Terkadang tindakan kecurangan bisa luput dari perhatian, maka akan membawa biaya tambahan yang tidak perlu bagi perusahaan," katanya.

Selain itu, perkembangan teknologi dan internet yang pesat memberikan dampak bagi kemunculan jenis risiko baru dalam bidang cyber.  "Hal ini juga menimbulkan potensi aksi penipuan baru yang belum pernah kita lihat sebelumnya," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : ANTARA

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper