Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Muliaman: Aman tapi waspadai likuiditas

BANDUNG: Bank Indonesia optimistis industri perbankan nasional kuat secara fundamental dalam menghadapi perlambatan ekonomi yang tengah terjadi, tanpa meremehkan persoalan yang sedang melanda perekonomian global.Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Bidang

BANDUNG: Bank Indonesia optimistis industri perbankan nasional kuat secara fundamental dalam menghadapi perlambatan ekonomi yang tengah terjadi, tanpa meremehkan persoalan yang sedang melanda perekonomian global.Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Bidang Pengaturan dan Penelitian Perbankan Muliaman Hadad mengakui berbagai indikator penting perbankan nasional dalam level yang baik, tetapi bankir tetap harus memperhatikan persoalan likuiditas."Fundamental perbankan di Indonesia sangat kuat, berbagai macam indikator penting keuangan perbankan baik aspek modal dan terutama likuiditas masih baik. Krisis seperti ini yang terancam itu likuiditas. Likuiditias itu menjadi penting dan dari angka-angka terakhir angka-angka itu kelihatan cukup baik," ujarnya, kemarin.Dia menjelaskan, saat ini rata-rata rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/ CAR) telah mencapai 17%, jauh di atas patokan Bank Sentral sebesar 8%. Dengan rasio kecukupan modal di level 17%, dia yakin perbankan tidak akan terpengaruh perlambatan ekonomi.Oleh karena itu Muliaman menilai BI belum perlu turun tangan dalam hal peningkatan batas minimal rasio kecukupan modal perbankan dalam waktu dekat.Meski demikian dia tidak menampik bahwa penguatan modal perbankan sudah menjadi agenda Bank Sentral sejak lama. "Keinginan untuk menerapkan aturan-aturan baru di bidang permodalan terus berlanjut, artinya penguatan agar modal lebih tinggi. Hal ini akan sangat bermanfaat pada saat paceklik. Saat ini kami masih menabung perbaikan perbankan dalam kondisi permodalannya," terangnya.Selain persoalan modal, optimisme Bank Sentral juga didukung oleh minimnya asset perbankan nasional dalam bentuk portofolio Amerika Serikat maupun negara-negara di Eropa. Dia mengungkapkan kepimilikan portofolio tersebut sangat kecil, kurang dari 5% dari total asset.Oleh sebab itu, lanjut Muliaman, meskipun asset yang dimaksud terpapar krisis Eropa dan Amerika Serikat secara langsung, dampaknya tidak akan signifikan terhadap perbankan nasional.Dia juga menambahkan, perkembangan positif dari perbankan nasional nampak dari peningkatan target kredit perbankan dalam perubahan rencana bisnis bank (RBB). Pada awal tahun, penyaluran kredit pada RBB sebesar 23,5%, sementara perubahan RBB pada tengah tahun mematok 24,2%.Tidak hanya pertumbuhannya, tetapi juga penyaluran kredit yang lebih banyak ke kredit investasi (KI) dan kredit modal kerja (KMK) membuat BI optimistis. Meski demikian dia mengaku tetap harus waspada pada pertumbuhan kredit konsumsi (KK) terutama kredit kepemilikan kendaraan bermotor."Secara kualitas kredit membaik, karena lebih ke sektor produktif yang akan memberikan nilai tambah pada perekonomian dengan menambah agregat suplai perekonomian. Pertumbuhan lending consumer lebih kecil dibandingkan tahun lalu, tetapi ada beberapa subsektor yang mendapat perhatian kami karena pertumbuhannya sudah di atas 30%, seperti kredit kendaraan roda 4," katanya.Data Bank Indonesia menunjukan KMK sepanjang Januari 2011-Juli 2011 tumbuh 25,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara KI tumbuh 21,9% (yoy). Sedangkan KK tumbuh 21,9%, lebih lambat dibandingkan pertumbuhan periode yang sama pada tahun sebelumnya 23,2%.Industri perbankan membukukan kredit Rp 1.973,59 triliun per Juli, tumbuh 23,51% dibandingkan Juli 2010. Dari total kredit tersebut KMK Rp950,04 triliun, KI Rp413,45 triliun dan KK Rp610,11 triliun.Namun, Muliaman mengimbau agar perbankan tetap wasapada dan berpegang pada prinsip kehati-hatian. "Kehati-hatian harus terus dilakukan, karena eskalasi berbagai persoalan di Eropa belum diketahui akan seperti apa, tetapi yang penting perbankan harus fokus konsentrasi pada berbagai macam kemungkinan yang akan ada," tegasnya.(faa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Munir Haikal
Editor : Dara Aziliya

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper