Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekening mama diblokir lho..

Ema, 43, panik bukan main. Suara dari orang yang sedang meneleponnya membawa kabar bahwa anaknya Dimas, 17, ditahan polisi karena  kasus narkotika. Apalagi, terdengar suara terbata-bata pengakuan sang buah hati di seberang telepon.

Ema, 43, panik bukan main. Suara dari orang yang sedang meneleponnya membawa kabar bahwa anaknya Dimas, 17, ditahan polisi karena  kasus narkotika. Apalagi, terdengar suara terbata-bata pengakuan sang buah hati di seberang telepon.

 
Lalu, perempuan yang kini tinggal di Palembang itu menurut saja saat dituntun sang penelepon, untuk transfer sejumlah uang demi membebaskan anaknya. Ema lalu mengirim Rp1,5 juta ke rekening sebuah bank BUMN sebagai uang muka.
 
Setengah jam kemudian, saat kepanikan reda, dia baru tersadar. Dimas telah ditelepon dan ternyata baik-baik saja; tidak sedang dipenjara apalagi tersangkut kasus narkoba. Nasi telah menjadi bubur. Ema memilih bungkam, malu untuk membuat laporan ke bank, apalagi polisi.
 
Lain lagi kisah Yuliaty, 45, bulan lalu, beberapa saat setelah memutuskan beli mobil, pesan pendek mampir ke telepon selulernya, ‘Untuk pembayaranya selanjutnya, silakan Anda mengirimkan ke rekening  Toyota di Bank Permata atas nama Y..’
 
Yuliaty curiga, ini pasti SMS palsu alias penipuan. Dia lalu menelepon diler Toyota Casablanca, Jakarta Selatan. Petugas layanan pelanggan menjab pasti, tidak ada orang yang bernama itu dan rekening disalurkan melalui nomor rekening  yang tertera di di surat pemesanan kendaraan.
 
“Saya tahu ada upaya penipuan. Tetapi yang tak habis pikir, bagaimana orang itu tahu bahwa saya hendak membeli mobil dan sedang dalam proses pembayaran,” tuturnya.
 
Belakangan, aksi tipu-tipu menggunakan SMS atau panggilan telepon yang berujung pada permintaan transfer uang ke rekening bank tertentu memang sedang marak. Para penipu ini pernah kehabisan cara menggangsir dana calon korbanya.
 
Untuk kejahatan lewat SMS saja, menurut Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Baharudin Djafar, ada 5 modus yang biasa digunakan pelaku. Kelimanya yakni SMS ‘mama minta pulsa’, minta transfer rekening bank, anak ditangkap polisi, kerabat kecelakaan, dan melalui situs jejaring sosial Facebook yang berlanjut dengan SMS.
 
Dalam hal penipuan dengan modus minta transfer dana,  seperti ‘uang dikirim sekarang saja ke rek BCA atas nama  Lukman Sahal No. 893.026.0437. Kalau sudah kirim SMS saja. Terima kasih’, selintas adalah pesan sampah. Namun, jangan salah, ada banyak orang yang terkecoh.
 
Mau bukti? Bank setidaknya terpaksa memblokir 1.045 rekening dari 1.417 rekening yang dilaporkan digunakan untuk menipu  lewat SMS. Duit yang terlanjur masuk ke rekening-rekening tersebut  juga tak kecil, yakni Rp3,14 miliar, berasal dari 12 bank di Tanah Air.
 
Angka tersebut merupakan Data Tim Mediasi Perbankan Direktorat Investigasi dan Mediasi Perbankan Bank Indonesia. Namun, bila merunut informasi yang dibocorkan salah satu bankir, jumlah rekening yang diblokir perbankan jauh lebih besar lagi.
 
Menurutnya salah satu bank terbesar saja setidaknya telah memblokir lebih dari 1.100 rekening dengan jumlah dana hasil penipuan mendekati Rp4 miliar. Ada kemungkinan, data yang ada di BI bukan merupakan refleksi dari  rekening yang dibekukan bank.
 
Hal ini terjadi karena bank menggunakan cara berantai dalam menelusuri rekening penadah para penipu ini. Sebagai contoh, bila satu rekening di blokir karena laporan korban, maka rekening lain yang mendapat aliran dana turut diblokir.
 
Lalu bagaimana bank turut berperan dalam menghentikan aksi kejahatan ini? Ketua Tim Mediasi Perbankan Direktorat Investigasi dan Mediasi Perbankan Bank Indonesia (BI) Sondang Martha Samosir penyelamatan dana hasil penipuan dilakukan melalui dua cara.
 
“Pertama deteksi dari bank karena ada keanehan dalam rekening tertentu, yang kedua adalah dari laporan nasabah itu sendiri," ujarnya kepada Bisnis, kemarin.
 
Deteksi dini dari perbankan, lanjutnya, dilakukan apabila bank merasa ada ketidakwajaran. Misalnya saja nasabah melakukan pembukaan rekening dengan dana minimal, tetapi kemudian ditemukan transaksi dengan dana dalam jumlah besar.
 
Budi Setio Wibowo, Head of Fraud Investigative PT Bank Mega Tbk mengungkapkan, dalam kasus ketidakwajaran transaksi, perseroan terlebih dahulu akan menelusuri identitas pembuka rekening. Apabila bank menemukan ketidakbenaran dalam data tersebut, bisa berupa alamat palsu atau KTP bodong, maka bank berhak melakukan pemblokiran.
 
Sejauh ini Bank Mega telah membawa 3 sindikat pelaku penipuan melalui SMS untuk diproses hukum. Menurutnya, masing-masing sindikat yang terdiri atas 7 pelaku kejahatan ini biasanya mengirim 100 SMS ke 100 nomor melalui 1 nomor per harinya. 
 
Padahal, mereka biasa mengoperasikan 25 telepon genggam dengan 25 nomor berbeda. Dengan demikian dalam 1 hari, masing-masing sindikat setidaknya mengirimkan 2.500 pesan penipuan.
 
Dari setiap 100 SMS yang dikirimkan, lanjut Budi, biasanya ada 3 hingga 5 penerima yang menjadi korban dengan jumlah dana yang dikirimkan mencapai Rp2 juta per orang.
 
Untuk aksi pemblokiran ini, Bank Mega telah mengamankan dana nasabah sekitar Rp60 juta. Selain itu berdasarkan pantauan perseroan, jumlah pembukaan rekening fiktif turun drastis. Pada 2009 pembukaan rekening fiktif bisa mencapai 200 rekening dalam 1 tahun, turun menjadi kurang dari 50 rekening fiktif pada 2011.
 
Dia menceritakan, ketika korban menyadari telah ditipu, maka pihak bank akan menghubungi bank di mana pelaku kejahatan membuka rekening. Apabila ditelusuri rekening tersebut digunakan untuk menipu maka bank memblokir rekening tersebut dan mengembalikan dana nasabah.
 
Sekretaris Perusahaan  PT Bank Rakyat Indonesi Tbk Muhamad Ali mengatakan nasabah yang dirugikan punya peluang untuk mengambil uang yang telanjur terkirim dengan syarat ada laporan polisi dan pernyataan tak melibatkan bank. 
 
Menurutnya, BRI telah membekukan ratusan rekening atas laporan korban penipuan. Namun, belum satupun pemilik rekening tersebut datang ke bank untuk mengurus dana yang dibekukan. “Mungkin tahu kalau kejahatan dideteksi. Anehnya, sebagian rekening tersebut masih tetap mendapat kiriman kendati tak bisa diambil.” ([email protected]/[email protected])
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Sumber : Rika Novayanto & Hery Trianto

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper