Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penetapan BI Rate sesuai ekspektasi pasar

JAKARTA: Bank of America Merrill Lynch menilai keputusan Bank Indonesia untuk menahan suku bunga acuan di level 5,75% dalam tiga bulan berturut-turut sudah sesuai semestinya dan sesuai dengan harapan.Chua Hak Bin,  Head of Emerging Asia Economics

JAKARTA: Bank of America Merrill Lynch menilai keputusan Bank Indonesia untuk menahan suku bunga acuan di level 5,75% dalam tiga bulan berturut-turut sudah sesuai semestinya dan sesuai dengan harapan.Chua Hak Bin,  Head of Emerging Asia Economics Global Research Bank of America Merrill Lynch mengungkapkan meski menahan suku bunga acuan BI Rate, tetapi Bank Indonesia (BI) akan menaikan suku bunga jangka pendek instrumen moneter."BI akan menaikkan suku bunga untuk instrumen moneter jangka pendek, termasuk deposito, reverse repo dan SBI. BI akan mengelola inflasi jangka pendek dengan menyerap likuiditas. BI juga mengatakan akan terus mengurangi volatilitas rupiah," ujarnya kepada Bisnis, 10 mei 2012.Menurutnya penahanan level suku bunga acuan itu disebabkan oleh ketidakpastian harga bahan bakar dan prospek inflasi. Selain itu anjloknya harga minyak mentah Indonesua menjadi US$118 serta peningkatan luasan krisis Eropa menjadi pertimbangan lain.Dia memperkirakan pergerakan harga rerata minyak mentah selama 6 bulan tidak akan menembus US$120,75 pada bulan ini. Sebab itu usulan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar 33% diperkirakan tidak terjadi pada Juni tahun ini. 

Dampaknya, lanjut Chua, penyesuaian harga BBM akan menunggu perkembangan krisis Eropa dan perkembangan perundingan nuklir antara Iran dengan Inggris, Amerika Serikar, Jerman, China dan Rusia pada 23 Mei 2012.

Dia juga mengungkapkan cadangan devisa meningkat sebesar US$5,9 miliar pada  April, menjadi US$116,4 miliar. Sementara kepemilikan asing terahdap obligasi mata uang lokal tetap stabil di level 29,7% per April 2012, naik tipis dari kepemilikan yang sama per maret sebesar 29,6%.Peningkatan cadangan devisa sebagian besar disebabkan oleh peningkatan penerbitan obligasi menjadi US$6 miliar, yang mana US$5,5 di antaranya diterbitkan dalam mata uang asing (sovereign) ataupun quasi-sovereign.Adapun, tambah Chua, nilai tersebut termasuk obligasi pemerintah senilai US$2,5 miliar, obligasi Pertamina sebesar US$2,5 miliar, surat utang Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia US$500 juta, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk senilaiUS$500 juta.(mmh)

 

BACA JUGA :

Penempatan di SBI meningkat

 

+ JANGAN LEWATKAN:

10 ARTIKEL PILIHAN Hari Ini

5 Kanal TERPOPULER Bisnis.com

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Munir Haikal

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper