Bisnis.com, JAKARTA—Regulator perbankan gencar memacu para pelaku di sektor ini untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Apa pentingnya?
Perencana Keuangan dan Bisnis sekaligus Chief Executive Officer and Founder ZAP Finance Prita Ghozie mengatakan di Indonesia baru ada 20% masyarakat yang melek keuangan atau sanggup mengelola keuangannya. Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan Thailand dengan 73% tingkat literasi keuangan, Malaysia 66%, dan Filipina 27%.
Selain itu, menurut hasil riset yang dilakukan Pritha, saat ini orang Indonesia baru pandai menggunakan uangnya untuk membayar kebutuhan, sedangkan kemampuan untuk mengelola keuangan masih minim. “Jadi mereka belum bisa memutuskan kapan uangnya akan dipakai dan untuk apa,” ujarnya, Rabu (25/6/2014).
Selain itu, Prita menuturkan masyarakat belum bisa membedakan antara menyimpan, menabung, dan menginvestasikan uangnya. Prita menjelaskan untuk menyimpan, uang bisa keluar masuk di bawah jangka waktu 1 bulan, sedangkan menabung di atas 1 bulan. Sementara ketika uang diinvestasikan, maka jangka waktu keluar masuk uang tersebut dalam hitungan tahun.
Menurut Prita, ketika masyarakat sudah tahu kapan uangnya harus disimpan, ditabung, atau diinvestasikan, maka itu berarti tingkat literasi keuangan sudah cukup baik. Dia menambahkan, itulah mengapa literasi keuangan penting diterapkan di Indonesia. Apalagi mengingat kelas menengah di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel