Bisnis.com, JAKARTA-- Ekonom Universitas Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko mengungkapkan mata uang tunggal di Asean kemungkinan besar tidak menjadi target dan besar kemungkinan tidka akan ada, menimbang dampak yang muncul dari Euro.
Agustinus mengatakan Zona Eropa yang pernah mencatatkan kondisi ekonomi hampir serupa di masing-masing negara, kini kesulitan menghadapi situasi perekonomian.
“Eropa yang kondisi ekonomi sama saja ada masalah, apalagi dengan Asean yang beragam, itu akan sulit sekali,” ungkapnya pada Bisnis.com.
Di sisi lain, dia menilai dampak positif dari mata uang tunggal yakni mempermudah transaksi di negara-negara Asean, akan tetapi tantangan terbesarnya adalah kondisi ekonomi masing-masing negara yang belum sama kuatnya.
Sebelumnya , Uni Eropa telah meluncurkan mata uang tunggal yakni Euro pada 1 Januari 1999. Sebagian besar masyarakat Eropa memandang peluncuran mata uang Euro itu untuk menyatukan Eropa.
Namun, tak semua negara di Eropa juga memiliki fundamental yang cukup kuat dan tahan menghadapi krisis. Dan kini Yunani kini sudah tidak memiliki kedaulatan atas mata uangnya.
Alasannya, negara tersebut tidak memiliki kedaulatan karena drachma sudah tidak menjadi alat tukar dalam bertransaksi. Namun kini Yunani berencana untuk ke luar dari Zona Eropa dengan kembali menggunakan drachma.
Meski drachma akan terdepresiasi terhadap euro hingga 50%, akan tetapi sebagian kalangan ekonomi menilai kondisi tersebut lebih baik sebab akan membuat ekonomi Yunani bertumbuh.