Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah dan ekonom sepakat dalam waktu dekat ini kebijakan fiskal dan moneter yang ketat masih harus dijalankan. Bahkan, potensi pengetatan lebih lanjut terbuka lebar mengingat normalisasi kebijakan Bank Sentral AS tahun depan.
Menteri Keuangan M. Chatib Basri menilai tantangan perekonomian tahun depan sangat besar. "Ke depan tantangannya sangat berat, jadi nanti situasi makronya harus disesuaikan dengan itu," katanya.
Menurutnya faktor kebijakan moneter Amerika Serikat sangat signifikan. Saat ini, sambungnya, dengan tingkat suku bunga Federal Reserve (the Fed) yang mendekati 0%, negara-negara di emerging market pun sudah cukup tertekan.
Seiring perbaikan ekonomi AS, the Fed memberi sinyal kenaikan suku bunga hingga ke level 2,5%. Konsensus yang beredar saat ini rencana itu akan direalisasikan sekitar pertengahan 2015.
Menurutnya Chatib, suku bunga itu akan sangat berpengaruh terhadap aliran dana ke pasar domestik.
Beberapa tahun ke belakang, emerging market, termasuk Indonesia, ditopang oleh pelonggaran moneter atau quantitative easing (QE) di AS, supercycle commodity, dan pertumbuhan ekonomi global yang relatif bagus.