Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba Bank Syariah Indonesia (BRIS) Tersulut Kilau Bisnis Emas

Bisnis emas menjadi salah pendorong pendapatan berbasis komisi (fee based income/FBI) Bank Syariah Indonesia atau BSI.
Jajaran direksi Bank Syariah Indonesia (BSI) usai Paparan Kinerja 2024 di Jakarta, Kamis (6/2/2025)/dok. BSI
Jajaran direksi Bank Syariah Indonesia (BSI) usai Paparan Kinerja 2024 di Jakarta, Kamis (6/2/2025)/dok. BSI

Bisnis.com, Jakarta — Bisnis emas menjadi salah satu pendorong peningkatan pendapatan berbasis komisi alias fee based income (FBI) PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS). Peningkatan ini terutama dari produk cicil emas yang berkontribusi Rp7,37 triliun pada pembiayaan perusahaan. Segmen ini tumbuh 168,64% secara tahunan (year on year/yoy). 

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama BSI Bob T Ananta menjelaskan secara keseluruhan FBI perusahaan meningkat sebesar 39,3% menjadi Rp1,7 triliun. Komposisi rasio fee based juga naik dari 16,91% pada tahun lalu menjadi 20,35% per Maret 2025. Ini turut menopang laba bersih perseroan tumbuh 10% yoy menjadi Rp1,88 triliun pada kuartal I/2025.

Dia menambahkan peningkatan FBI ini merupakan hasil dari penguatan infrastruktur transaction banking, termasuk peluncuran Byond by BSI, penambahan electronic data capture alias EDC dan QRIS. Adapun, EDC merupakan alat yang digunakan oleh pedagang (merchant) untuk menerima pembayaran menggunakan kartu kredit, kartu debit, dan e-money. 

“[Peningkatan laba turut didorong]  fokus strategi pada pengembangan bisnis emas, terutama setelah penetapan BSI sebagai bank emas oleh Presiden Republik Indonesia pada 26 Februari 2025,” kata Bob dalam paparan publik virtual kinerja kuartal I/2025, Selasa (30/4/2025).

Bob menyebut, dalam situasi ekonomi global yang penuh tantangan, emas menjadi instrumen pilihan bagi investor untuk menempatkan dananya. Kondisi ini sekaligus menjadi peluang besar bagi perusahaan.

Perusahaan menjelaskan aplikasi Byond by BSI turut menjadi chanel peningkatan bisnis emas. Per Maret 2025, jumlah nasabah meningkat 28% menjadi sekitar 119.000, dengan saldo emas mencapai 621 kilogram.

Secara nilai, bisnis emas BSI melesat 81,99% yoy menjadi Rp14,33 triliun. Selain produk cicil emas, gadai emas menempati pertumbuhan terbesar kedua yang mencapai Rp6,96 triliun, naik 35,65% yoy. Dari total FBI, kontribusi bisnis emas mencapai 17,81%.

Selain emas, FBI BSI juga ditopang oleh pertumbuhan saluran elektronik (e-channel) dan layanan treasury.

Direktur Finance & Strategy Ade Cahyo Nugroho mengungkap bahwa  aset BSI per Maret 2025 mencapai Rp401 triliun, tumbuh  12% yoy. Dana Pihak Ketiga tumbuh 7,4% yoy ke level Rp319 triliun dengan 60,96% dikontribusi oleh dana murah (CASA). 

Adapun pembiayaan BSI masih tumbuh 16,21% yoy dengan total kredit yang disalurkan Rp287,2 triliun Berdasarkan segmen, pembiayaan konsumer, bisnis emas dan kartu mencapai Rp156,71 triliun tumbuh 16,08%, disusul segmen wholesale mencapai Rp80,62 triliun tumbuh 17,28% dan retail Rp49,87 triliun tumbuh 14,91%. 

Perusahaan menyebut kualitas pembiayaan terjaga dengan indikasi NPF Gross 1,88% membaik dari periode sebelumnya. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper