Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Belum Mau Turunkan Bunga Kredit. Ini Alasannya

Sejumlah industri perbankan belum berencana untuk menurunkan tingkat suku bunga dasar kredit (SBDK).

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah industri perbankan belum berencana untuk menurunkan tingkat suku bunga dasar kredit (SBDK).

Direktur Utama PT Bank Mayapada International Tbk Hariyono Tjahjarijadi mengatakan penurunan suku bunga Bank Indonesia atai BI Rate 25 basis poin dari 7,7% menjadi 7,5% tersebut tidak serta merta dapat mengubah SBDK.

"BI rate itu suku bunga acuan yang lebih berefek psikologis dibanding bisnis," ujarnya kepada Bisnis.com, baru-baru ini.

Dengan adanya penurunan BI rate diharapkan pasar dapat merespons dengan menurunkan tensi persaingan dalam penghimpunan dana sehingga diharapkan suku bunga deposito juga akan mengalami penurunan.

"Apabila suku bunga dana bisa turun maka SBDK diharapkan juga mengikuti," ucap Hariyono.

Tingkat bunga kredit Bank Mayapada berkisar dari 14,30% hingga 16,60%.

Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk Gatot M Suwondo menuturkan pihaknya masih enggan untuk menurunkan bunga kredit.

Untuk menetapkan suku bunga kredit perbankan sangat berkaitan erat dengan risiko yang dihadapi bank yakni high risk high return dan low risk low return.

Adanya penurunan BI rate itu karena keinginan bank sentral untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Kami lihat kondisi pasar dulu. BI rate adalah rate acuan yang memberikan sinyal," tutur Gatot.

Sejak September tahun lalu, tingkat suku bunga perseroan berada direntang 10,00% hingga 12,25%.

Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri Tbk Rohan Hafas menuturkan perseroan juga belum berencana untuk menurunkan tingkat SBDK.

"Suku bunga Mandiri masih cukup rendah saat ini. Waktu BI rate naik pada November lalu 25 bps, kami tidak menaikkan SBDK sehingga suku bunga Mandiri masih sangat kompetitif," katanya.

Saat ini, tingkat SBDK bank berkode emiten BMRI ini berada di kisaran 10,00% hingga 22,00%.

Selain itu suku bunga yang belum akan diturunkan dikarenakan mata uang dolar Amerika Serikat yang masih menguat membuat nilai tukar rupiah melemah sehingga apabila kondisi ini berlangsung lama maka dipastikan akan berdampak pada suku bunga perbankan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper