Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Perusahaan Konstruksi Nasional Indonesia (Gapeksindo) menilai suku bunga kredit konstruksi yang ditetapkan perbankan Tanah Air tidak kompetitif.
Ketua Umum DPP Gapeksindo Irwan Kartiwan menilai tidak mungkin sektor konstruksi hidup dengan bunga 12%. Tingkat bunga tersebut menjadi salah satu alasan daya saing penyedia jasa konstruksi lebih rendah dari negara tetangga.
"Paling tidak suku bunga itu inflasi ditambah 1%-2%. Kalau sekarang kan selisih bunga komersial dengan deposito besar sekali," katanya di kantor Wapres, Senin (23/2/2015).
Irawan justru meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencari tahu mengapa perbankan nasional bisa menetapkan bunga kredit 100% dari cost of fund.
"Deposito hanya 6%-7%, mereka jual 12%-13%. Nah, ini harusnya OJK mencari kenapa sampai 100% dari harga biaya, kontraktor saja paling hanya 15%," tuturnya.
Kendati mengharapkan suku bunga kredit konstruksi turun, Irwan pesimistis hal tersebut dapat diwujudkan dalam waktu dekat. Pasalnya, suku bunga perbankan sangat terkait dengan kurs rupiah.
"Tergantung BI kendalikan kurs kita. Kalau kurs sekarang, siapa yang mau kasih bunga rendah?" imbuhnya.
Irwan menambahkan tidak sulit bagi kontraktor yang memiliki kredibilitas untuk mendapatkan kredit perbankan. Perbankan bahkan mengejar kontraktor yang mempunyai proyek pemerintah untuk menjadi nasabah.