Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RDG BI: Ini Proyeksi Ekonom tentang BI Rate

Selasa (19/5) Bank Indonesia bakal menggelar Rapat Dewan Gubernur periode Mei 2015. Ekonom memproyeksikan bank sentral tersebut masih akan mempertahankan pengetatan kebijakan moneternya kendati pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2015 terpantau melambat dan pemerintah berharap ada penurunan tingkat bunga.
Bank Indonesia/Ilustrasi-Bisnis
Bank Indonesia/Ilustrasi-Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA—Besok (19/5) Bank Indonesia bakal menggelar Rapat Dewan Gubernur periode Mei 2015. Ekonom memproyeksikan bank sentral tersebut masih akan mempertahankan pengetatan kebijakan moneternya kendati pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2015 terpantau melambat dan pemerintah berharap ada penurunan tingkat bunga.

Ekonom DBS Gundy Cahyadi menuturkan perkiraan tersebut juga berdasarkan pantauan atas tekanan inflasi jangka pendek yang kembali muncul. Selain itu, Rupiah yang melemah dan harga minyak yang masih bergejolak menunjukkan bahwa tidak ada kepastian mengenai revisi kenaikan harga bahan bakar pada beberapa bulan ke depan.

“[Sehingga] Peluang penurunan BI Rate (suku bunga acuan Bank Indonesia) minggu ini sangat kecil. Mempertahankan tingkat suku bunga merupakan sinyal penting,” tulis Gundy dalam risetnya yang dipublikasikan Senin (18/5/2015).

Namun, Gundy menilai untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BI dapat menggunakan opsi melalui kebijakan di luar BI rate. Gundy merinci beberapa kebijakan tersebut seperti relaksi aturan tingkat loan to deposit ratio (LDR) dan batas loan to value (LTV).

Selain itu, lanjut Gundy, langkah BI untuk mendorong kredit kepada usaha kecil dan menengah (UKM) juga akan membantu mengerek pertumbuhan ekonomi.

Adapun, menurut Gundy, defisit transaksi berjalan memang telah merosot ke 1,8% dari produk domestik bruto (PDB) pada kuartal I/2105. Namun, dia memprediksi ke depannya akan muncul kembali tren peningkatan mengingat momentum pertumbuhan PDB yang diproyeksi meningkat.

“Defisit transaksi berjalan yang tampaknya akan stabil adalah di angka sekitar 2% dari PDB, namun kami memiliki ekspektasi bahwa di akhir tahun, angka ini akan mendekati 3% dari PDB,” tulis Gundy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper