Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Incar Utang Luar Negeri, BTN Jajaki Sejumlah Kreditur

Meski risiko nilai tukar dan suku bunga membayangi, kalangan perbankan makin gencar melakukan penjajakan utang luar negeri (ULN) untuk memenuhi kebutuhan likuiditas.
BTN
BTN

Bisnis.com, JAKARTA--Meski risiko nilai tukar dan suku bunga membayangi, kalangan perbankan makin gencar melakukan penjajakan utang luar negeri (ULN) untuk memenuhi kebutuhan likuiditas.

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk Maryono mengatakan tengah menjajaki lembaga internasional seperti Asian Development Bank (ADB) dan International Finance Corporation (IFC). Menurutnya, rencana pinjaman tersebut akan disesuaikan dengan pertumbuhan kredit.

"Kalau pertumbuhan kredit besar, maka kami akan mengajukan bilateral loan di pipeline dengan ADB dan IFC," ungkapnya, Rabu (10/6/2015).

Adapun tujuan dari rencana ULN itu untuk membiayai program satu juta rumah yang digalakan pemerintah. Untuk mendukung pinjaman tersebut, Dirjen Pembiayaan Perumahan Kementrian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat akan mengeluarkan jaminan atas proyek tersebut.

Hingga saat ini, perseroan masih menanti finalisasi dari kreditur. Dalam kajian BTN, lembaga internasional IFC dan ADB berpotensi memberikan pinjaman senilai US$500 juta, ditambah rencana penjajakan dari Bank Dunia yang diprediksikan bakal diraih senilai US$500 juta dengan tenor sekitar 10 tahun--15 tahun.

Direktur Treasury &Assets; Management Bank BTN Iman Nugroho Soeko mengatakan rencana pinjaman tersebut tengah dikaji mengingat kondisi dolar yang menguat terhadap rupiah. Bila pinjaman tersebut berhasil diperoleh, katanya, persero akan meminta kepada kreditur untuk langsung mengadakan hedging.

Berdasarkan Statistik Utang Luar Negeri Indonesia posisi Maret 2015, tercatat total ULN perbankan mencapai US$31,34 milliar, naik US$5,62 miliar atau tumbuh 21,8% secara year on year dari posisi US$25,72 miliar.

Sementara itu, komposisi debitur berdasarkan kelompok bank yakni bank plat merah senilai US$3,43 miliar, swasta asing US$3,26 miliar, swasta campuran US$9,3 miliar dan swasta nasional senilai US$15,34 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper