Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KRISIS YUNANI: Bank di Indonesia Diklaim Masih Aman

Dampak dari babak akhir polemik utang Yunani ke perbankan di Indonesia dinilai minim mengingat industri ini ditopang permodalan yang kuat serta rasio kredit bermasalah yang terjaga.
Kinerja industri perbankan Indonesia./ Bisnis
Kinerja industri perbankan Indonesia./ Bisnis

Bisnis.com,JAKARTA—Dampak dari babak akhir polemik utang Yunani ke perbankan di Indonesia dinilai minim mengingat  industri ini ditopang permodalan yang kuat serta rasio kredit bermasalah  yang terjaga. 

Plt. Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Fauzi Ichsan mengatakan rasio permodalan perbankan (capital adequacy ratio/CAR) di Indonesia  saat ini masih termasuk yang tertinggi di antara negara lainnya atau berada di posisi sebesar 20,79% per April 2015. 

Dengan capital buffer tersebut, Fauzi melihat dampak krisis Yunani tak akan meluas dan signifikan berpengaruh terhadap perbankan Indonesia. 

Selain itu, lanjut Fauzi, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) industri ini yang berada jauh di bawah 5% atau di posisi 2,48% per April 2015, juga turut menunjukkan masih kuatnya perbankan menghadapi dampak krisis Yunani. 

“Dengan CAR dan NPL masih terjaga, perbankan Indonesia masih kuat menghadapi Yunani,” ujar Fauzi di Jakarta, Selasa (30/6/2015). 

Fauzi juga melihat, berkaca dari pengalaman pada masa krisis di beberapa negara sebelumnya, dampak dari kejadian tersebut ke kawasan Asia, khususnya Indonesia, umumnya temporer dan tak lebih dari satu bulan. 

Kendati demikian, Fauzi mengakui krisis Yunani memang bakal berdampak negatif terhadap Indonesia melihat kemungkinan terjadinya sentimen terhadap negara emerging market lainnya yang memiliki defisit transaksi berjalan yang besar. 

Menurut Fauzi, dengan kemungkinan sentimen tersebut, ada potensi pengetatan likuiditas perbankan. Pasalnya, bisa terjadi penarikan dana oleh investor global dari pasar finansial Indonesia ke negara dengan bunga rendah. “Tapi tak akan berlangsung lama karena setelah normal, mereka akan kembali ke negara dengan imbal hasil tinggi,” jelas Fauzi. 

Adapun, dalam Laporan Analisis Stabilitas dan Sistem Perbankan Triwulan II/2015, LPS memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan hingga akhir tahun nanti hanya akan mencapai 12,8% atau lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 14,2%. Perlambatan pertumbuhan tersebut, disebabkan pelaku di industri perbankan yang cenderung berhati-hati dalam menyikapi perlambatan aktivitas ekonomi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper