Bisnis.com, JAKARTA—PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. memiliki peluang mengakses dana pinjaman luar negeri senilai hampir US$1 miliar. Namun, perseroan mengklaim belum akan mengakses cuan tersebut, mengapa?
Direktur Treasury & Assets Management BTN Iman Nugroho Soeko mengatakan beberapa lembaga internasional memang telah menawarkan dana dalam mata uang dolar Amerika untuk membantu ekspansi bisnis perseroan. Namun, pihaknya pun belum akan menarik pinjaman yang ditawarkan beberapa lembaga internasional.
Di samping pertumbuhan kredit yang belum signifikan, perseroan juga menilai dibutuhkan biaya besar yang digelontorkan untuk pinjaman tersebut di tengah situasi pelemahan nilai tukar.
“Kalau kami pinjam dolar itu expense-nya juga mahal,” jelas Iman di Jakarta, Rabu (2/9/2015).
Adapun, hingga Agustus 2015, Iman menuturkan pertumbuhan kredit di perseroan belum beranjak jauh dari posisi kenaikan pada Juni 2015. Pada pertengahan tahun ini, emiten berkode saham BBTN tersebut mencatatkan pertumbuhan kredit di posisi 18,33% secara tahunan (y-o-y) atau naik ke posisi Rp126,12 triliun.
Hingga akhir tahun nanti Iman memproyeksikan pertumbuhan kredit belum akan bergerak jauh dari posisi tersebut. Kendati demikian, dia mengungkapkan permintaan kredit di segmen subsidi telah melebihi penawaran yang ada. “Tapi untuk non-subsidi memang masih di bawah supply,” kata Iman.
Dalam catatan Bisnis.com, BTN memiliki kemungkinan meraup pinjaman bilateral senilai US$1 miliar untuk menopang ekspansi pembiayaan perumahan. Ketika itu, Iman mengungkapkan ada tawaran dari China dan Asian Development Bank (ADB).
Jumlah pinjaman dari ADB, diperkirakan mencapai US$160 juta-US$200 juta. Iman menyebut ADB telah melakukan uji tuntas terhadap BTN terkait rencana pemberian pinjaman tersebut.
Bank asal China pun, kata Iman, telah menawarkan pinjaman senilai lebih dari US$500 juta. Selain ADB, BTN juga disebutkan melakukan penjajakan dengan International Finance Corporation (IFC). []