Bisnis.com, JAKARTA — PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk. (TUGU) atau Tugu Insurance mengungkapkan langkah-langkah strategis perseroan untuk menghadapi tantangan industri asuransi pada 2025. Sejauh ini, industri asuransi dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti tingkat penetrasi dan densitas yang masih rendah, literasi dan inklusi yang belum optimal, serta menurunnya kepercayaan akibat sejumlah kasus besar. Tantangan eksternal, termasuk ketidakpastian global, turut menjadi perhatian.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan tingkat literasi asuransi di Indonesia meningkat menjadi 76,2% pada 2024, naik dari 31,7% pada 2022. Namun, inklusi justru menurun menjadi 12,21% dari 16,6% pada periode yang sama. Kondisi ini mencerminkan masyarakat yang mulai memahami pentingnya asuransi tetapi masih enggan untuk membeli produk asuransi.
Presiden Direktur Tugu Insurance Tatang Nurhidayat optimistis bahwa kinerja industri asuransi umum dapat terus ditingkatkan. “Langkah yang dilakukan di antaranya adalah memperluas penetrasi pasar serta mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memiliki asuransi. Upaya literasi dan inklusi harus digencarkan oleh seluruh pelaku usaha,” ujarnya pada Minggu (24/11/2024).
Tatang menekankan pentingnya program edukasi yang terstruktur untuk meningkatkan literasi dan inklusi asuransi. Selain itu, Tugu Insurance akan mengembangkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) di sektor asuransi. “Kami mendukung pengembangan karyawan hingga menciptakan tenaga kerja yang kompeten dan terstandarisasi,” tambahnya.
Transformasi digital juga menjadi perhatian utama. Tatang menyebut bahwa perusahaan asuransi perlu beradaptasi dengan perubahan perilaku pelanggan melalui investasi teknologi dan diversifikasi produk. Tugu Insurance juga fokus menciptakan produk inovatif yang kompetitif dan sesuai kebutuhan pasar, sembari memberikan layanan optimal kepada nasabah.
Strategi lain yang diusung mencakup diversifikasi produk serta penetrasi pasar di berbagai sektor, mulai dari korporasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hingga segmen ritel. Perusahaan juga mengoptimalkan captive business di sektor andalan dan memperluas non-captive business.
Baca Juga
Dari sisi regulasi, Tatang menilai aturan yang ada sudah cukup memadai, tetapi implementasi inklusi asuransi masih membutuhkan perhatian lebih. “Fokus kami adalah memastikan asuransi dapat menjangkau lebih banyak masyarakat dengan cara yang lebih mudah dan efisien,” pungkasnya.