Bisnis.com, JAKARTA – Pada Oktober ini Bank Indonesia kembali menahan suku bunga acuan bank sentral atau BI rate di level 7,5%. Keputusan Dewan Gubernur Bank Indonesia mempertahankan bunga acuan itu membuat BI Rate stagnan dalam 7 bulan terakhir.
Namun, meskipun BI Rate dipertahankan, otoritas tersebut membuka ruang untuk melonggarkan kebijakan moneter atau memangkas suku bunga acuan karena beberapa alasan, terutama tekanan ekonomi global yang mulai mereda.
Tekanan ekonomi global yang mulai mereda itu ditandai dengan kondisi ekonomi Amerika Serikat yang masih belum sepenuhnya normal, sehingga diasumsikan penaikan bunga acuan oleh The Federal Reserve akan ditunda.
Proyeksi tersebut membuat modal asing kembali masuk ke negara berkembang, sehingga menguatkan nilai tukar rupiah. Satu sisi indeks saham pun mulai menguat setelah ada dana asing masuk.
Tekanan global yang mulai mereda itu dibenarkan oleh Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo. Oleh sebab itu, menurutnya, ada ruang pelonggaran suku bunga acuan. Pasalnya, bank sentral melihat kondisi perkembangan ekonomi dalam negeri yang cukup baik.
Berikut ini indikator makro ekonomi yang bisa mendorong pelonggaran moneter menurut Gubernur BI:
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel