Bisnis.com, JAKARTA - Lippo Group dan MNC Group terpantau melakukan transaksi 'tukar guling' saham di Bank Nobu (NOBU) dan Bank MNC (BABP) pada 8 Mei 2024 di tengah proses merger kedua bank. Sebelumnya, Hanwha Life dan Lippo Group menandatangani perjanjian pembelian saham NOBU. Bagaimana posisi Hanwha Life usai tukar guling saham tersebut?
Sebagai informasi, pada 3 Mei 2024 perusahaan asuransi asal Korea Selatan Hanwha Life dan Lippo Group, selaku pemilik Bank Nobu, sepakat teken perjanjian pembelian 40% saham NOBU.
Lalu, dari data kepemilikan saham Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 8 Mei 2024, terlihat adanya transaksi antara MNC Group dan Lippo Group di masing-masing emiten bank.
Pada 7 Mei 2024, MNC Land Tbk. (KPIG) memegang saham Bank MNC sebesar 16,82% atau sebanyak 7,48 miliar saham BABP.
Sehari setelahnya, porsi saham tersebut susut ke 6,82% dengan masuknya PT Prima Cakrawala Sentosa, dengan kepemilikan saham sebesar 10,00% atau sebesar 4,445 miliar saham BABP. Transaksi ini difasilitasi oleh PT MNC Sekuritas.
Sebagai informasi, Prima Cakrawala Sentosa merupakan entitas usaha milik Grup Lippo. Sebelumnya, perusahaan ini telah mengenggam saham Bank Nobu sebesar 20,66% dan tercatat sebagai salah satu pemegang saham bukan PSP tidak melalui pasar modal dengan kepemilikan lebih dari 5%.
Baca Juga
Lalu, di Bank Nobu juga tercatat transaksi masuknya MNC Land menjadi pemegang saham dengan porsi 10% atau mengenggam sebanyak 747,84 juta saham NOBU.
Di sisi lain, Prima Cakrawala Sentosa mengurangi porsi saham dari 20,66% menjadi 10,66%. Per 8 Mei 2024, kepemilikan saham Prima Cakrawala Sentosa menjadi 797,55 juta dari 1,545 juta saham. Transaksi tersebut difasilitasi oleh PT Ciptadana Sekuritas Asia.
Bisnis telah mencoba menghubungi Bank Nobu dan Bank MNC mengenai kelanjutan proses merger keduanya serta terkait dengan rencana Hanwha Life masuk ke NOBU. Namun, hingga berita ini diturunkan, keduanya belum memberikan respons. Begitu pula dengan OJK.
Namun, sebelumnya Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae memberikan tanggapan mengenai pengumuman rencana akuisisi saham Bank Nobu oleh Hanwha Life. Dian menyatakan proses akuisisi saham Bank Nobu oleh Hanwha Life saat ini masih dalam tahap bilateral. Alhasil, prosesnya masih panjang.
Menurutnya, saat Hanwha Life memproses komitmennya, langkah tersebut juga untuk memenuhi proses tata kelola perusahaan yang berlaku di Korea Selatan. Maka, diperlukan persetujuan executive board dan setelah itu diumumkan ke publik.
"Tentunya masih perlu waktu lagi untuk proses berikutnya, penandatangan conditional agreement dengan Bank Nobu karena masih perlu beberapa proses internal dan due diligence," ujar Dian kepada Bisnis pada Selasa (7/5/2024).
Setelahnya, terdapat proses persetujuan dari otoritas di Korea Selatan dan persetujuan OJK di Indonesia. "Jika proposal sudah siap, akan dilanjutkan dengan proses persetujuan OJK. Jadi, kami dalam posisi menunggu proposal resmi diajukan ke OJK," ujar Dian.
Terkait kelanjutan merger, OJK akan mendengar rencana yang jelas dari kedua belah pihak, baik Bank Nobu serta Bank MNC. "Kita akan dengar terlebih dahulu rencana mereka selanjutnya. Mereka berdua [Bank Nobu dan Bank MNC] yang merencanakan merger, bukan atas permintaan OJK. Jadi, mestinya sudah ada komunikasi di antara mereka berdua."
Menurut catatan Bisnis, OJK juga melaporkan proses merger kedua bank masih terus berproses. Saat itu, Dian mengatakan saat ini masing-masing Pemegang Saham Pengendali (PSP) masih dalam tahap komunikasi mengenai aksi korporasi ini.
Kata Dian, mengingat kedua entitas merupakan bagian dari ekosistem konglomerasi yang besar, membuat kompleksitas bisnis kian tinggi, alhasil negosiasi tersebut memerlukan waktu yang tidak sebentar. “Serta [ini juga terkait] rencana pengembangan dan sinergi bisnis bank ke depan,” ucapnya dalam keterangan tertulis, Kamis (4/4/2024).
OJK akan intens melakukan monitoring untuk memastikan pelaksanaan komitmen merger dari kedua bank dapat terlaksana dengan senantiasa memperhatikan kesesuaiannya atas ketentuan yang berlaku.
Kabar merger kedua bank milik konglomerat itu mengemuka sejak awal 2023. Akan tetapi, pelaksanaan merger tersebut molor dari waktu yang ditargetkan untuk rampung pada Agustus 2023. Meski begitu, merger kedua bank itudisebut menjadi point of no return alias harga mati dalam konsolidasi perbankan Tanah Air.