Bisnis.com, JAKARTA--- Porsi proyek pemerintah dalam kontrak baru yang diperoleh empat BUMN sektor konstruksi diperkirakan bakal meningkat pada akhir 2015.
Empat BUMN konstruksi itu antara lain PT Waskita Karya (Persero) Tbk., PT Adhi Karya (Persero) Tbk., PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Mereka mengumpulkan kontrak baru senilai total Rp79 triliun sampai November 2015.
Publikasi perusahaan sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, menyatakan perkiraan porsi pemerintah bakal meningkat pada akhir 2015 karena proyek besar pemerintah biasanya bakal ditender pada bulan terakhir.
Sampai November 2015, menurut publikasi tersebut, kontrak baru BUMN paling banyak berasal dari BUMN dengan porsi 37%, diikuti oleh swasta 32% dan pemerintah 30%.
“Sekilas, kami dikejutkan oleh porsi proyek baru pemerintah yang menjadi yang terkecil, tetapi kondisi itu ternyata masih lebih baik daripada porsi tahun lalu yaitu 26% pada akhir 2014,” tulis analis Aditya Sastrawinata dalam publikasi itu, Selasa (8/12/2015).
Sampai November, Waskita Karya tercatat sebagai perusahaan dengan nilai kontrak baru terbesar yakni Rp27,9 triliun, diikuti oleh PTPP Rp21 triliun, kemudian Wijaya Karya Rp19 triliun dan Adhi Karya Rp11,1 triliun.
“Kinerja (Waskita) tersebut mampu diraih karena suksesnya right issue emiten pada Juni yang memungkinkan mereka dapat mengambil beberapa proyek besar (misalnya proyek transmisi listrik 500kV di Sumatra Rp6,7 triliun dan tol Solo-Kertosono Rp5,5 triliun),” tulis publikasi itu.
Menurut publikasi itu, emiten berkode saham WSKT itu menetapkan target kontrak baru senilai Rp40 triliun pada 2016 yang terdiri dari Rp20 triliun untuk jalan tol, Rp10 triliun dari proyek pemerintah (termasuk kereta ringan di Palembang) serta Rp10 triliun dari swasta dan BUMN.
“Kami menilai target tersebut realistis karena sebagian besar proyek jalan tol itu dimiliki sendiri oleh WSKT dan proyek LRT merupakan penunjukan langsung oleh Presiden,” tulis publikasi tersebut.
Sementara itu, Wijaya Karya dianggap mengalami pertumbuhan paling lambat yaitu Rp19 triliun atau sekitar 60% dari target setahun. Penyelamat kinerja yang paling mungkin adalah pembangkit listrik Jawa-5 dengan nilai kontrak sekitar Rp10 triliun. Pemenang tendernya akan diumumkan sebelum akhir Desember 2015.
“Kami meyakini target 2016 WIKA masih argesif dan lebih tinggi daripada ekspektasi pasar sebesar Rp54 triliun (termasuk Rp17 triliun dari HSR/kereta cepat) dengan target pendapatan Rp20 triliun dan laba bersih Rp1 triliun,” tulis publikasi itu.