Bisnis.com, JAKARTA - The Federal Reserve atau Bank Sentral Amerika Serikat akhirnya menaikan suku bunga acuan dari 0% hingga 0,25% menjadi 0,25% hingga 0,50%, Rabu (16/12) waktu Washington DC.
Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk Ryan Kiryanto mengatakan kenaikan suku bunga acuan atau Fed Federal Reverse akan membawa dampak dalam jangka pendek.
Salah satu dampaknya yakni adanya tekanan pada mata uang negara emerging market Asia termasuk mata uang garuda.
"Dampak jangka pendeknya bermacam-macam, salah satunya tekanan terhadap mata uang emerging economies Asia, termasuk rupiah dan terjadi apresiasi dolar Amerika Serikat cukup signifikan," ujarnnya kepada Bisnis.com, Kamis (17/12/2015).
Fed rate yang naik ini, dalam jangka pendek akan berdampak pada adanya arus modal keluar (capital flight) dari emerging economies termasuk Indonesia ke negara maju.
Ryan memperkirakan nilai tukar rupiah hingga akhir tahun ini akan melemah dan berada di kisaran Rp13.800 per dolar AS hingga Rp14.000 per dolar AS.