Investors itu seperti mertua. Ketika Anda menginjak dewasa, mertua memberi ijin, menyediakan suami atau istri bagi Anda. Mengapa investor seperti mertua? Kadang ada sebuah bisnis yang sudah sangat profitable. Tetapi masalahnya, bisnis tidak hanya soal profit. Begini contohnya:
1. Kondisi lay out pabrik yang karena dimulai kecil berada di rumah gandeng beberapa rumah. Ini seperti ada istana kodok, ketika bank melakukan appraisal bingung, istana kodok ini bagus, tapi mau dipakai bank tidak bisa, show room mobil tidak bisa.
2. Merek. Sebuah merek brand value adalah segalanya. Ini seperti Notaris Susi Susanto. Kan beda dengan Notaris Susi Susanti. Bila Notaris namanya sama, customers bisa bingung setengah mati. Dalam bisnis pada akhirnya setelah design mirip, recipes mirip, terakhir yang tersisa adalah brand. Yang dibangun dalam bisnis adalah brand. Bila brand anda dipakai 5 tetangga, ini sama dengan usaha sentra kuliner masyarakat, anda tidak bisa menguasai brand. Banyak contohnya, misalnya bakpia pathok dan bika ambon.
3. Kelayakan ijin usaha. Ijin industri, ijin trademarks, ijin BPOM. Orang bisa mengatakan tidak perlu toh sudah laku. Ya kecap sate dan kecap bango juga mengurusi 10 ijin BPOM ketika dibeli Unilever. Ini kan seperti sepeda motor tanpa STNK.
4. Mengapa hal-hal tersebut menjadi essential? Ya memang bisnis itu harus layak bank, layak notarial, layak penasehat hukum, itu seperti Ratu Kecantikan, sudah tanda tangan kontrak sepuluh macam. Tidak mungkin ijazahnya hilang, semua ijazah lengkap harus ada. Biarpun seorang yang paling cantik se-Indonesia pun bila ingin menjadi profesional, Ratu Kecantikan membutuhkan investors.
Penulis
Goenardjoadi Goenawan
Konsultan dan motivator tentang paradigma baru tentang uang. Penulis 10 buku manajemen, termasuk "Rahasia Kaya, Jangan Cintai Uang", "Money Intelligent: Rahasia Kaya, Mulai Berbisnis" yang baru terbit. goenardjoadi @ gmail.com