Bisnis.com, BANDUNG - Perusahaan pelat merah yang memproduksi alutsista, PT Pindad (Persero), berniat melakukan revaluasi aset pada tahun ini.
Direktur Utama Pindad Silmy Karim mengungkapkan langkah revaluasi aset dapat mendorong kenaikan nilai aset hingga lima kali lipat. “Saat ini, aset kami sekitar Rp1 triliun-Rp2 trliiun. Tetapi kan ada liabilitas, kalau dianggap Rp1 triliun [peningkatannya] bisa lima kali lipatnya,” ucapnya, Rabu (20/1/2016).
Pindad, lanjut Silmy, memiliki sejumlah aset lahan dan properti. Perseroan memunyai lahan seluas 60 hektare di Bandung dan sekitar 160 hektare di Turen, Malang.
Berdasarkan laporan keuangan yang dicantumkan di laman resmi perseroan, total aset per 31 Desember 2014 tercatat menyentuh Rp2,87 triliun atau turun 2% dari posisi setahun sebelumnya. Sementara itu, laba setelah pajak jumlahnya Rp52,42 miliar atau menyusut 46% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Di sisi realisasi produksi, nilainya Rp1,03 triliun atau 24% lebih rendah dari posisi 31 Desember 2013. Perseroan belum merilis laporan keuangan 2015.
Sebenarnya, Pindad sudah berniat melakukan revaluasi aset pada 2015. Namun, rencana itu tertunda lantaran perseroan mendapat dana sebesar Rp700 miliar dari Penyertaan Modal Negara (PMN).
Perusahaan BUMN itu pun kembali mengajukan dana PMN senilai Rp1,7 triliun untuk tahun ini. Angka itu terdiri dari kebutuhan modal kerja sebesar Rp1 triliun dan Rp700 miliar lainnya untuk modernisasi serta penambahan kapasitas produksi.
Terkait kinerja, Pindad menargetkan penjualan hingga Rp3 triliun pada 2016. Target tersebut diharapkan tercapai dengan adanya rencana kenaikan order alutsista dari pemerintah. Tahun lalu, perseroan memeroleh sejumlah kontrak dari TNI AD, Polri, dan Kementerian Pertahanan yang membuat perolehan kontrak meningkat 59%.
Untuk 2016, pemerintah sudah memesan 50 unit panser Badak. Harga per unitnya berkisar Rp25 miliar-Rp30 miliar.
Menurut Silmy, produk-produk yang dihasilkan perseroan dipasarkan ke dalam dan luar negeri. Dia mengklaim pihaknya memiliki potensi ekspor sebesar US$300 juta di negara Timur Tengah, yang akan direalisasikan dalam dua tahun ke depan.
Saat ini, perseroan melakukan kerja sama dengan Turki untuk riset dan pengembangan medium tank. Nilainya mencapai US$40 juta, dengan porsi masing-masing 50%. “Tahun ini, kami ikut kurang lebih Rp80 miliar. Ini program tiga tahun,” tutur Silmy.
Adapun porsi produk Pindad yang digunakan TNI masih sekitar Rp2 triliun dari total anggaran TNI yang mencapai Rp96 triliun pada 2015.
Selain Badak, yang sudah disertifikasi, Pindad berencana merilis sejumlah produk baru. Produk-produk tersebut terdiri dari senapan serbu terbaru SSX 7,62mm, tank boat dengan kanon 105mm, varian pistol Jitu untuk olahraga, panser Anoa berjenis amfibi, dan beberapa munisi kaliber besar.