Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EDUKASI DUIT: Uang Tak Perlu Dimiliki, Cukup Dipinjam

Mengapa kita merasa lelah menanggung beban kehidupan? Karena kita hidup berjuang dari bawah. Itu seperti naik pesawat baling-baling, rasanya berguncang-guncang. Lalu Anda ditanya, "Apa terbang itu enak?"
Goenardjoadi Goenawan. / Bisnis
Goenardjoadi Goenawan. / Bisnis

Mengapa kita merasa lelah menanggung beban kehidupan? Karena kita hidup berjuang dari bawah.

Itu seperti naik pesawat baling-baling, rasanya berguncang-guncang. Lalu Anda ditanya, "Apa terbang itu enak?"

"Apanya enak. Pesawat rasanya mau copot, bikin trauma, rasanya seperti ketemu Malaikat Maut. Wah."

Dengan demikian kita jadi panik. Rasanya harus menguasai uang. Boom, lalu kepentok sana sini. Persis ding dong. Kejedot sana sini.

Padahal, lihat bule di Bali pada happy. Tidak pakai baju, enak, merasa segar. Mereka juga gak ingin menguasai, misalnya beli rumah. Kenapa? Lho, kenikmatan tidak harus dimiliki. Mereka pinjam sejenak pantai tropis. Kalau memilih, mereka pilih hidup di Sidney. Adem. Tapi bisa pinjam pantai tropis.

Hidup juga demikian, buat apa kita menguasai pabrik milik sendiri kalau bisa punya McDonald sendiri, seperti Michael Jackson punya kebun binatang. Itu tidak perlu.

Hidup ya pinjam. Pinjam helikopter. Hidup para jet set juga sistem time sharing. Hotel di Hawaii, jet, helikopter, ya sewa, time share.

McDonald sedunia juga sistim join. Bukan berarti miliknya, tapi hanya sewa brand saja.

Uang dan kekuasaan tidak harus dimiliki, tetapi cukup dipinjam.

Mengapa uang itu terasa langka? Mengapa? Karena kita hidup mulai dari bawah. Bagi yang di atas lahir jebret sudah anak penguasa, beda lagi.

Jadi, Tuhan mengajarkan orang bersyukur, ikhlas dan bersabar. Mengapa Tuhan tidak mengajarkan investasi, real estate development, atau pasar investasi saham? Karena itu mudah.

Jadi pertanyaan abad ini adalah, apa kaitan Tuhan mengajarkan keikhlasan dengan hidup makmur? Memang banyak yang mengatakan berdoa membawa rezeki bagi suami. Tapi kaitan langsungnya adalah sebagai berikut.

Bersikap ikhlas itu bukan hanya ikhlas memberi pertolongan kepada orang miskin, tapi juga mengasihani pertolongan kepada orang (kaya).

Mengapa? Orang (kaya) memiliki risiko. Semakin kaya risiko nya semakin besar. Bila kita mumet paling ditelepon debt collector mumet ada gesek tunai biaya 2,5%.

Tapi resiko orang (kaya) adalah pabrik setara Rp100 miliar yang perlu stabilitas, pertumbuhan, dan pemerataan risiko.

Daripada pabrik yang sudah terlanjur dapat kredit Rp100 miliar-Rp200 miliar maka mereka pun mencari investasi yang sehat. Coba lihat Facebook saja membeli WhatsApp. Itu karena saking besarnya dana investor sehingga mereka ingin maju dengan kecepatan tinggi.

Penulis:
Goenardjoadi Goenawan
Konsultan dan motivator tentang paradigma baru tentang uang. Penulis 10 buku manajemen, termasuk "Rahasia Kaya, Jangan Cintai Uang", "Money Intelligent: Rahasia Kaya, Mulai Berbisnis" yang baru terbit. goenardjoadi @ gmail.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper