Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Rokok Picu Pertumbuhan Kredit di 2 Kota Ini Melempem

Industri rokok memberi andil besar terhadap penurunan kredit sektor industri di eks-Karesidenan Kediri dan Madiun.
Suasana produksi di pabrik rokok/Ilustrasi-bisnis.com
Suasana produksi di pabrik rokok/Ilustrasi-bisnis.com

Bisnis.com, KEDIRI - Industri rokok memberi andil besar terhadap penurunan kredit sektor industri di eks-Karesidenan Kediri dan Madiun.

Data Bank Indonesia menunjukkan posisi kredit industri rokok di kedua wilayah pada Maret 2016 senilai Rp8,2 triliun, merosot 17,7% dari posisi setahun sebelumnya. Industri rokok memberi andil nyaris 80% terhadap penyaluran kredit sektor industri di kedua ekskaresidenan.

Data Otoritas Jasa Keuangan sebelumnya menyebutkan kinerja kredit sektor industri terkontraksi 13,1% menjadi Rp10,4 triliun per Maret 2016.

"Mungkin cash flow mereka masih bagus, jadi daripada pinjam, lebih baik mereka pakai dana sendiri," kata Kepala Perwakilan BI Kediri Djoko Raharto kepada Bisnis, Senin (30/5/2016).

Manajer Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison Perwakilan BI Kediri Yudo Herlambang menuturkan penurunan kredit di industri rokok adalah dampak (base effect) dari lonjakan kredit di bidang industri itu setahun lalu.

Saat itu, kata dia, muncul kebijakan penghapusan fasilitas penundaan pembayaran pita cukai melalui Peraturan Menteri Keuangan No 20/PMK.04/2015. Dengan demikian, pembayaran cukai rokok tak bisa lagi dikreditkan dua bulan ke depan. "Akibatnya, perusahaan rokok menarik pinjaman untuk kebutuhan membayar cukai," jelasnya.

Kendati demikian, lanjutnya, aktivitas produksi ikut andil terhadap kinerja negatif kredit industri rokok. Kenaikan tarif cukai membuat penjualan rokok melambat dan pada gilirannya mengerem produksi. Menurutnya, ada sekitar 60 perusahaan rokok di eks-Karesidenan Kediri dan Madiun.

Selain industri rokok, penyaluran kredit ke industri penggilingan padi, pakan ternak, minuman, pengolahan dan pengawetan ikan, farmasi dan jamu, serta bahan galian bukan logam juga turun tajam melampaui 20%.

"Ada pengaruh penurunan daya beli di sini. Sejak Februari, indeks keyakinan konsumen di Kota Kediri di bawah 100," ungkapnya.

Sebelumnya, Kepala OJK Kediri Slamet Wibowo pun menyebutkan pengaruh pelemahan daya beli terhadap penurunan posisi kredit sektor industri pada Maret 2016 (Bisnis, 30/5).

Sementara itu, posisi kredit modal kerja industri pengolahan di eks-Karesidenan Kediri dan Madiun turun 13,5% menjadi Rp10,1 triliun pada Maret 2016 menurut data BI. Industri manufaktur selama ini menjadi penyerap tertinggi kedua kredit modal kerja di eks-Karesidenan Kediri dan Madiun setelah sektor perdagangan.

Berbanding terbalik dengan sektor manufaktur, sektor perdagangan besar dan eceran justru menorehkan pertumbuhan kredit modal kerja 9,8% (y-o-y) ke posisi Rp12,8 triliun pada Maret 2016.

Data OJK sebelumnya menunjukkan posisi kredit modal kerja pada Maret melemah 1% (y-o-y) di tengah kinerja kredit investasi dan konsumsi yang masih tumbuh. Meskipun demikian, andil kredit modal kerja masih dominan, yakni 60,2% terhadap total penyaluran kredit di kedua ekskaresidenan Rp47,8 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sri Mas Sari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper