Memulai bisnis itu seperti liburan ke Istanbul. Iya. Semuanya ngomong kalau mau liburan ke Istanbul. Kenyataannya, hanya sedikit sekali yang benar-benar ke sana.
Mengapa begitu? Karena banyak yang salah langkah dalam berbisnis. Ini beberapa kenyataan yang sering tidak seperti yang Anda duga semula, misalnya dalam soal persaingan.
Coba kita pikirkan, barang apa yang nggak ada di supermarket. Semua ada. Shampoo lengkap. Sabun mandi sederet. Kopi? Wah, satu lorong panjang isinya kopi semua.
Akan tetapi, survei membuktikan, pemilik brand yang kuat di Indonesia jarang memiliki kompetitor dalam jumlah banyak. Contohnya, Antangin cuma ada lawan Tolakangin. Minyak angin cuma ada Cap Lang dan Cap Kapak. Indomie cuma lawan Mie Sedap.
Kalau Anda menganggap semuanya sudah ada di supermarket maka Anda salah. Seperti gadis, tidak ada yang sama. Masing-masing berbeda. Seperti minyak angin, sebenarnya ada 100 brand di dunia. Selalu ada positioning yang beda untuk masing-masing brand atau produk itu. Pemeran AADC2 (film Ada Apa dengan Cinta) saja beda-beda walaupun sekolah di SMA yang sama.
Meski begitu, bila Anda takut kompetisi, Anda salah. Kopi Luwak white coffee itu makin dihajar justru makin besar. Itu terjadi karena kompetisi justru membesarkan kategori market secara bersama-sama.
Pengalaman saya waktu bekerja di Wings, bila tidak ada kompetisi, pasarnya justru kecil. Contohnya, liquid detergent tidak ada kompetisi. Bandingkan dengan porcelain cleaner, floor cleaner, bleaching, pembersih piring, dll. Survei membuktikan, dulu brand Prenagen juga selama 10 tahun - 20 tahun sendiri. Brand Monde juga 10 tahun - 20 tahun sendiri. Brand Sustagen, Ricola, Nutella, dan lain-lain juga 10 tahun - 20 tahun sendiri.
Jadi, jangan salah langkah dalam menghadapi kompetisi.