Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Risiko Kredit Tinggi Tekan NIM Bank

Risiko kredit yang tinggi membuat bank melakukan antisipasi dengan menaikkan pencadangan. Langkah ini berdampak pada penurunan marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) perbankan.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA-Risiko kredit yang tinggi membuat bank melakukan antisipasi dengan menaikkan pencadangan. Langkah ini berdampak pada penurunan marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) perbankan.

Berdasarkan statistik perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Agustus 2016 rasio NIM bank umum konvensional tercatat sebesar 5,59%. Posisi 5,59% tersebut tercatat flat terhitung sejak Juni 2016. Sementara dibanding Januari 2016 yang sebesar 5,63%, angka ini turun 4 basis poin. 

Chief Economist PT Bank Bukopin Tbk. Sunarsip mengatakan penurunan NIM disebabkan oleh risiko kredit yang lebih tinggi. Akibatnya bank melakukan antisipasi dengan memasang biaya pencadangan yang tinggi pula.

"NIM bukan hanya faktor suku bunga deposito dan kredit, tapi juga kenaikan pencadangan. Itu yang mendorong penurunan NIM perbankan," katanya kepada Bisnis.com di Jakarta, Rabu (9/11/2016).

Risiko kredit yang tinggi disebabkan oleh lesunya kondisi perekonomian tahun ini. Faktor utamanya adalah jatuhnya harga sejumlah komoditas seperti batu bara dan minyak dan gas. Padahal bank-bank besar banyak menyalurkan kredit di sektor tersebut.

Oleh karena itu, kata Sunarsip, hingga akhir tahun ini bank hanya akan fokus membenahi kualitas kredit alih-alih mencari revenue dari ekpansi kredit.

Di sisi lain, keinginan pemerintah untuk menekan suku bunga kredit menjadi single digit juga mempengaruhi turunnya NIM bank. Hal ini diakui oleh Direktur Operasional PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. Zainuddin Mappa.

Menurutnya keinginan pemerintah tersebut secara persuasif mempengaruhi bank dan berdampak pada penurunan NIM.

"Ini berpengaruh terhadap NIM kami," katanya.

Untuk menjaga agar laba tidak tergerus penurunan NIM, Direktur Keuangan PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BTN) Iman Nugroho Soeko mengambil langkah menekan biaya dana. 

Namun menurutnya hal tersebut juga tergantung pada kemampuan pemerintah menjaga inflasi di level rendah. Dia juga berharap 7 days reverse repo dan LPS rate  dijaga lebih tinggi sedikit di atas inflasi. 

"Supaya bunga deposito bank juga tidak terlalu tinggi," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper