Bisnis.com, JAKARTA — Bisakah suatu saat makanan itu gratis untuk semuanya? Saya mengawali tulisan ini dengan pertanyaan itu.
Kemakmuran atau wealth itu adalah uang. Masalahnya uang adalah kekuasaan atau power. Misalnya begini, di satu perusahaan siapa yang berkuasa? Manajer. Tidak, ada yang lebih berkuasa lagi yakni direktur. Tetapi, yang tertinggi adalah owner perusahaan. Bagaimana kalau dibalik, misalnya di perusahaan tidak ada yang berkuasa atau semuanya bebas. Itu mirip bangku dan toilet di taman umum, rusak semuanya.
Jadi pada saat semuanya mendapatkan kekuasaan, bisa terjadi anarkistis. Kebebasan menimbulkan anarkistis. Oleh karena itu dibuat tatanan.
Berapapun uang Anda, secara relatif lebih kecil daripada orang yang lebih kaya. Karena uang itu sifatnya kekuasaan atau power tadi.
Jadi sebanyak 90% masyarakat tidak bebas, wajib lapor absen kerja di tempatnya dia bekerja. Nah, sekarang bagaimana kalau kita yang wajib lapor setiap hari dan bekerja di perusahaan lain ini bisa menikmati uang?
1. Kalau kita ingin uang, jangan lihat buahnya. Lihat pohonnya. Misalnya, kita kerja pengajar di universitas. Anak saya sering berinteraksi dengan atasannya yang menjabat direktur di universitas. Ternyata direktur universitas itu anaknya pemilik universitas. Disitulah letak kekuasaan.
Jadi bila kita ingin kebagian wealth atau berkah uang, kita harus bisa 'berinteraksi dengan sumber kekuasaan', sumber kekayaan. Sehingga kita bisa bertukar.
Tadinya saya berpikir bawah pengetahuan adalah yang utama, tetapi pengalaman saya memiliki pengetahuan dan skill hanya 20% menjadi peranannya untuk menjadi kaya. Selebihnya, solusi atas permasalahan yang dimiliki sumber kekuasaan.
Dari sini saja banyak orang bermasalah hidupnya karena tidak mengikatkan diri kepada sumber kekuasaan. Entah salahnya dimana banyak yang alergi dan ingin bebas lepas dari ikatan relationship dengan sumber kekuasaan.
2. Para pemegang kekuasaan itu tentu memiliki ukuran. Ukuran mereka bukan uang. Pengalaman saya, pemegang kekuasaan itu juga kerap menderita, butuh penghiburan? Disitu kadang saya merasa sedih.
3. Pemegang kekuasaan memiliki ukuran yang terbalik daripada masyarakat bawah. Di bawah begitu mudah saling menolong, ikhlas, saling berbagi, bersyukur, berkorban. Di papan atas hal yang paling sulit, paling langka itu rasa syukur. Oleh karena itu seberapapun uang mereka, tidak bisa mendapatkan rasa bersyukur.
4. Oleh karena itu lain kali kita ketemu pemilik perusahaan jangan dilihat mereka kikir, super pelit, menekan atau tidak berjiwa sosial. Sudah tinggalkan perasaan itu, mereka juga manusia, hiburlah berikanlah anak-anak mereka dengan 'kekayaan hidup' : saling menolong, ikhlas, saling berbagi, bersyukur, berkorban. Di papan atas hal yang paling sulit, paling langka itu.
Ir Goenardjoadi Goenawan, MM
Penulis buku seri money intelligent dan 10 buku manajemen, leadership, dan relationship
081219819915