Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. bersama dua bank pelat merah lainnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. menandatanngani transaksi lindung nilai call spread dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dengan nilai transaksi US$30 juta.
SVP Treasury Bank Mandiri Farida Thamrin mengatakan, Perusahaan Listrik Negara menjadi perusahaan pelat merah pertama yang menggunakan lindung nilai atau hedging dengan call spread. Untuk potensi badan usaha milik negara (BUMN) lainnya, PT Pertamina (Persero) sudah menyatakan minatnya.
“Kalau PLN ini, total transaksi hedging di tiga bank BUMN termasuk kami senilai US$30 juta dengan tenor satu setengah bulan sampai dua bulan,” ujarnya setelah acara sosialisasi SOP hedging BUMN pada Senin (21/8).
Farida menuturkan, di luar BUMN, perusahaan swasta sudah beberapa yang melakukan hedging dengan skema call spread sejak tahun lalu. Pada tahun lalu, ada satu korporasi, sedangkan tahun ini sudah ada tiga korporasi termasuk PLN.
Sayangnya, dia tidak terlalu ingat total transaksi lindung nilai dengan call spread dari tiga perusahaan swasta tersebut. Namun, rentang tenor lindung nilai tiga korporasi itu berada pada kisaran tiga tahun sampai lima tahun.
“Potensi hedging call spread ini cukup besar karena bisa menjadi instrumen alternatif lindung nilai selain forward dan swap, serta biayanya juga lebih murah. Namun, kembali lagi, ketika lindung nilai tidak hanya bicara masalah murah, tetapi kebutuhan dari korporasinya juga,” ujarnya.
Baca Juga
Dia menuturkan, sektor korporasi yang melakukan lindung nilai call spread antara lain seperti terkait properti sampai infrastruktur, tetapi dari sisi pengembangnya.
“Pertamina juga kan sudah mengatakan tertarik, harapannya dengan hedging, posisi kurs korporasinya juga lebih stabil,” tuturnya.
arida menuturkan, selain premi yang didapatkan oleh perseroan, manfaat dari hedging call spread ini antara lain bisa memperdalam pasar uang sehingga nilai tukar rupiah tidak terlalu sensitif.
“Kalau dulu kan kebanyakan Cuma beli spot, sekarang mereka sudah bisa atur arus kas dengan lindung nilai. Jadi ketika volatilitas rupiah sedang tinggi, risiko bisa diminimalisir,” tuturnya.