Bisnis.com, JAKARTA—Program penghiliran industri pengolahan dinilai belum maksimal dalam upaya menarik investasi baru yang dapat memacu peningkatan permintaan kredit perbankan.
Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kartika Wirjoatmodjo mengakui bahwa permintaan kredit dari sektor manufaktur atau industri pengolahan terbilang masih sedikit. Pasalnya, kendatipun sudah didorong melalui program penghiliran industri tetap saja minat investasi di sisi hilir minim.
“Hilirisasi masih terbatas pada manufaktur yang berbasis sumber daya alam, seperti kelapa sawit menjadi CPO. Atau ada juga beberapa perusahaan tambang gold dan coper yang kemudian membangun smelter,” ucapnya menjawab Bisnis di sela Mandiri Invesment Forum 2018, di Jakarta, Rabu (7/2/2018).
Adapun, menurut pria yang akrab disapa Tiko tersebut, pemerintah harus lebih tegas memetakan lapangan usaha mana di sektor manufaktur yang hendak diprioritaskan. Dirinya merekomendasikan bidang yang tergolong padat modal dan padat karya.
Tiko mencontohkan, industri pertekstilan yang selain padat modal juga sebagian besar masih terbilang padat karya. “Kalau sektor ini diintensifkan dapat bermanfaat terhadap perekonomian karena juga sekalian menyerap pekerja dalam jumlah besar,” ucapnya.
Yang hendak digarisbawahi ialah guna menggenjot penyaluran kredit ke manufaktur maka dibutuhkan insentif serius dari pemerintah secara berimbang. Artinya, tidak hanya mengutamakan manufaktur yang padat modal tetapi juga mereka yang padat karya.