Bisnis.com, JAKARTA--Bank Indonesia menegaskan penerapan special deposit account tidak menjadi prioritas dalam waktu dekat.
Special deposit account adalah deposito khusus di bank umum dalam negeri yang dipakai untuk menampung Dana Hasil Ekspor (DHE).
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menuturkan prioritas penting saat ini adalah menurunkan defisit transaksi berjalan.
Menurutnya, dana ekspor saat ini sudah masuk hampir 90%. Namun, permasalahannya adalah DHE yang dikonversikan ke rupiah tersebut tidak banyak.
Data BI menunjukkan DHE Januari-Juni 2018 yang dikonversi ke rupiah hanya 13,3% atau US$8,62 miliar dari total US$64.74 miliar, hasil ekspor yang masuk ke dalam negeri.
Sebenarnya, BI berharap special deposit account (SDA) dapat menjaring dana ekspor masuk hingga 100% dan konversi DHE ke rupiah dapat lebih besar dari saat ini.
Akan tetapi, dia mengemukakan kenyataannya eksportir dalam negeri juga merupakan importir dan punya utang valas yang besar. Alhasil, eksportir tidak mungkin mengkonversi 100% DHE yang dimiliki.
"Jadi yang utama adalah meningkatkan nilai ekspornya dan nilai dari sektor pariwisata," papar Mirza, Rabu (24/10).
Jika Indonesia bisa meningkatkan kontribusi devisa dari dua sektor tersebut hingga US$30 miliar, Mirza yakin defisit transaksi berjalan tidak akan ada.
Terkait SDA, dia mengungkapkan penerapannya harus diikuti dengan insentif, yakni insentif pajak. Kementerian Keuangan sudah siap memberikan insentif tersebut.
Namun, dia menegaskan penurunan defisit transaksi berjalan lebih penting. Dari informasi yang diterima Bisnis, pemerintah, BI dan OJK masih terus berdiskusi mengenai penerapan SDA ini.