Bisnis.com, JAKARTA — Memasuki kuartal IV/2018, kondisi makro ekonomi Indonesia memasuki masa yang cukup menantang karena nilai tukar sempat melemah ke Rp15.200 per dolar, melemah lebih dari 10% sepanjang 2018.
Kendati demikian, kinerja perusahaan-perusahaan yang terdapat di bursa masih dapat berada di teritori positf. Sektor-sektor yang bisnisnya banyak melakukan ekspor mengalami kenaikan penerimaan yang positif dari pelemahan nilai tukar. Kemudian sektor keuangan, spesifik emiten perbankan, juga mendapatkan tren positif, didukung oleh kenaikan tingkat pinjaman kredit perbankan pada tahun ini.
Chief Investment Officer PT Danareksa Investment Management (DIM) Edwin Ridwan mengatakan bahwa angka pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di atas 5% tertolong oleh membaiknya konsumsi masyarakat.
“Tingkat konsumsi rumah tangga pada tahun 2018 kembali membaik, tumbuh di atas 5%, setelah sejak tahun 2012 mengalami tren penurunan di bawah 5% pada tahun 2017,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (16/11/2018).
Selain konsumsi, Edwin menambahkan belanja pemerintah yang fokus pada infrastruktur turut mendongkrak perekonomian Indonesia, naik di atas 5% setelah pada akhir tahun lalu turun di bawah 4%.
Dia menilai kondisi Indonesia tergolong baik jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang masuk dalam kategori negara berkembang karena masih dapat membukukan pertumbuhan ekonomi di atas tahun lalu pada saat negara berkembang lain seperti, Turki dan Argentina mengalami kontraksi dalam ekonominya.
Situasi ini tidak lepas dari adanya situasi global yang tidak kondusif akibat dari aksi Presiden AS, Donald Trump, yang mencanangkan penyesuaian tarif impor masuk AS dengan banyak negara mitra dagang mereka.
Selain itu, ketegangan geopolitik antara AS-Iran juga menyebabkan kekhawatiran atas persediaan minyak global yang membuat harga minyak Brent naik di atas US$80 per barel, setelah sepanjang 2018 berada di kisaran US$60 dolar per barel.
“Dampak dari kondisi ini membuat investor mulai melakukan penyesuaian portofolio yang selama ini menikmati pertumbuhan positif di negara berkembang, akhirnya mulai melakukan penambahan investasi ke negara maju dari negara berkembang. Namun, kami nilai situasi ini tidak akan terus-menerus, dimana pada saat ini kalau kita ukur valuasi AS membukukan angka yang relatif tinggi sejak tahun 2011.” Kata Edwin.
Dari pergerakan indeks domestik, saham-saham dalam sektor keuangan dan konsumer bergerak positif pada 2016 dan 2017 membukukan pergerakan positif rata-rata 30%-40%, sedangkan indeks LQ 45 dan Indeks Harga Saham Gabungan masing-masing tumbuh di angka 36% dan 38%.
Namun psfs awal 2018 sampai kuartal III/2018, indeks LQ45 turun sebesar 12%, lebih dalam dari Indeks Harga Saham Gabungan turun 6%, di mana investor asing melakukan aksi jual dalam jumlah besar pada periode tersebut sampai dengan Rp40 triliun penjualan bersih, membuat nilai saham-saham kapitalisasi besar, terutama yang ada di dalam indeks LQ45, memiliki nilai yang lebih atraktif di awal kuartal empat tahun ini.
Untuk investor dalam negeri, bisa melihat kondisi ini sebagai kesempatan baik untuk mulai secara bertahap menempatkan dananya pada reksa dana jenis saham.
DIM sebagai manajer investasi yang memiliki varian reksa dana lengkap memiliki reksa dana Danareksa Mawar Konsumer 10 yang bisa dipilih.
Pendekatan strategi pengelolaan reksa dana saham Danareksa Mawar Konsumer 10 akan fokus kepada perusahaan-perusahaan yang dapat membukukan kinerja positif di tengah keadaan domestik dan global yang berkembang.
Perusahaan dengan basis ekspor yang baik dan Perbankan yang membukukan kinerja positif dari kenaikan pinjaman tahun ini akan menjadi pilihan dalam portofolio. Sektor konsumer yang selama ini bergerak negatif, menjadi salah satu pilihan juga menjelang adanya alokasi APBN yang fokus pada subsidi dan dana desa, serta momentum Pemilu Presiden tahun 2019. Secara umum, saham-saham yang ada di LQ45 menjadi fokus di Danareksa Mawar Konsumer 10 saat ini.
Danareksa Mawar Konsumer 10 diluncurkan pada tahun 2011, dan sampai dengan akhir Oktober dana kelolaannya sudah mencapai Rp511 miliar.