Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Jatim Siapkan Strategi Hapus Buku, Ini Tahapannya

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (Bank Jatim) menyiapkan strategi hapus buku sebagai langkah terakhir untuk mempertahankan kualitas aset menjelang tutup buku.
Kegiatan di salah satu kantor cabang Bank Jatim./Antara-Rosa Panggabean
Kegiatan di salah satu kantor cabang Bank Jatim./Antara-Rosa Panggabean

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (Bank Jatim) menyiapkan strategi hapus buku sebagai langkah terakhir untuk mempertahankan kualitas aset menjelang tutup buku.

Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha mengatakan bahwa hapus buku akan dilakukan apabila seluruh skema penanganan kredit bermasalah telah dilakukan namun belum kunjung membuahkan hasil.

“Kami perkirakan sampai akhir tahun hapus buku yang akan dilakukan sekitar Rp134 miliar,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (17/8/2018).

Sebelum melakukan hapus buku, menurut Ferdian, perseroan akan menempuh sejumlah langkah untuk memperbaiki kualitas aset bermasalah. Sejumlah strategi yang akan dilakukan antara lain melakukan penagihan secara intensif, terprogram, dan evaluasi secara berkala.

"Selain itu, bagi debitur yang masih ada usahanya dan masih memiliki potensi kami akan lakukan retsrukturisasi kredit, sedangkan bagi debitur yang usahanya sudah tidak ada maka kami sarankan untuk melakukan penjualan agunan sendiri di bawah tangan," katanya.

Ferdian mengemukakan cara lain bagi debitur yang usahanya sudah tidak ada, baik karena kehilangan potensi atau berhenti, tetapi tidak kooperatif maka perseroan akan melakukan lelang.

Dalam hal menjaga kualitas kredit, menurut Ferdian, perseroan juga akan selalu mempertimbangkan segmen atau sektor industri baik untuk ekspansi kredit ke depan, serta meningkatkan pengawasan kredit pada segmen tertentu yang dianggap lebih berisiko. Sementara itu, ada tiga hal yang akan dilakukan perseroan dalam menjaga kualitas kredit.

Pertama, perseroan akan selektif terhadap pemberian skema kredit kepada sektor tertentu antara lain dengan menghindari sektor usaha yang rawan terhadap kondisi ekonomi nasional.

Kedua, perseroan akan mempertimbangkan risk appetite pada masing-masing sektor ekonomi pada saat penyusunan rencana bisnis bank atau RBB, dan juga pertimbangan atas profil risiko kredit bank.

Ketiga, perseroan akan selalu memiliki strategi perbaikan kredit yang terprogram, berkelanjutan, dan dievaluasi secara berkala. "Kami juga bisa melakukan skema restrukturisasi dengan mengubah jangka waktu untuk penyesuaian angsuran, pemberian suku bunga yang disesuaikan, dan penambahan modal untuk memperbaiki potensi usaha," katanya.

Adapun, hingga November 208, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) tercatat sebesar 4,28%. Perseroan menargetkan rasio NPL maksimal berada pada level 4,34% sampai akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Andi M. Arief

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper