Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Optimistis SBR Dolar Bakal Positif 

Perbankan menyambut baik rencana pemerintah yang tengah mengkaji penerbitan kembali saving bonds retail atau SBR dalam denominasi dolar Amerika Serikat yang kali ini diharapkan dapat menjadi alternatif penempatan dana hasil pajak amnesti yang segera mengakhiri masa tahan dana.
Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja (kedua kanan) bertukar dokumen dengan Direktur Eksekutif IFC Philippe Le Hourou (kedua kiri) disaksikan oleh Presiden Komisaris Bank OCBC NISP Pramukti Surjaudaja (kiri) dan Direktur IFC Asia Timur, dan Pasifik Vivek Pathak (kanan) di Jakarta, Selasa (31/7). /Bisnis/Emanuel B. Caesario
Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja (kedua kanan) bertukar dokumen dengan Direktur Eksekutif IFC Philippe Le Hourou (kedua kiri) disaksikan oleh Presiden Komisaris Bank OCBC NISP Pramukti Surjaudaja (kiri) dan Direktur IFC Asia Timur, dan Pasifik Vivek Pathak (kanan) di Jakarta, Selasa (31/7). /Bisnis/Emanuel B. Caesario

Bisnis.com, JAKARTA — Perbankan menyambut baik rencana pemerintah yang tengah mengkaji penerbitan kembali saving bonds retail atau SBR dalam denominasi dolar Amerika Serikat yang kali ini diharapkan dapat menjadi alternatif penempatan dana hasil pajak amnesti yang segera mengakhiri masa tahan dana.

Adapun, selama ini dana repatriasi dari program pengampunan pajak tersebut dinilai cukup membantu perbankan dalam menghadapi isu ketatnya likuiditas belakangan ini.

Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk. Parwati Surjaudaja menilai bahwa rencana pemerintah tersebut sangat ini positif. Pasalnya, saat ini sebagian besar dana repatriasi pajak amnesti oleh investor ditempatkan dalam US$ Global Bond.

Alhasil, dengan semakin beragamnya alternatif investasi di dalam negeri yang memberikan potensial imbal balik yang bersaing, seperti dolar SBR, tentunya akan menarik minat investor. "Khususnya dalam melakukan alokasi investasinya, termasuk diversifikasi portofolionya. Jadi akan bagus," katanya kepada Bisnis.com, Selasa (12/3/2019).

Di sisi lain, menurut Parwati, saat ini tak perlu memperdalam persoalan perebutan dana kendati kondisi likuiditas diproyeksi masih akan melanjutkan trennya mengetat.

Dia berharap seluruh pihak mampu menyikapi kondisi saat ini secara positif. Pasalnya, dengan derasnya instrumen keuangan pemerintah yang diluncurkan saat ini justru akan memperkuat pendanaan negara yang bisa digunakan untuk hal-hal yang tentu bersifat mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi.

"Pada akhirnya jika pertumbuhan ekonomi baik maka baik juga untuk semua. Kita tidak perlu melihat sebagai perebutan, karena rasio total deposit perbankan terhdp GDP saat ini juga masih kisaran 40%, sehingga masih cukup ruang untuk semua tumbuh bersama," katanya.

Parwati menilai rasio deposit terhadap GDP di Indonesia tersebut masih sangat rendah dibanding sejumlah negara tetangga yang sudah di atas 100%. Alhasil, menurutnya justru dengan kondisi ini perbankan harus bisa lebih kreatif lagi dalam memberikan solusi kepada nasabah. 

Direktur Keuangan PT Bank Maybank Indonesia Tbk. Thilagavathy Nadason sepakat sampai saat ini fungsi perbankan di Indonesia salah satunya tentu mendukung pemerintah. Ketika akan dilakukan program pajak amnesti dulu perbankan juga diminta menyiapkan produk.

"Kami yakin nanti akan didiskusikan juga pada kami jika ingin merilis SBR dollar tapi sampai sekarang belum mungkin masih dimatangkan pemerintah," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper