Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

NPL Membaik, Laba BNLI Naik 146 Persen

Rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) kotor perusahaan turun dari 4,3 persen per Juni 2018 menjadi 3,6 persen pada bulan yang sama tahun ini. Begitu pula dengan rasio NPL bersih yang membaik dari 1,5 persen menjadi 1,3 persen.
Nasabah bertransaksi di banking hall Bank Permata, di Jakarta, Kamis (27/6/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Nasabah bertransaksi di banking hall Bank Permata, di Jakarta, Kamis (27/6/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Laba PT Bank Permata Tbk. (BNLI) naik 146,3 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp711,4 miliar. hal itu disebabkan oleh turunnya beban pencadangan sebesar 57,1 persen yoy menjadi Rp466 miliar.

Direktur Utama Bank Permata Ridha DM Wirakusumah mengatakan bahwa kinerja perusahaan siap tumbuh berkelanjutan. “Strategi kami untuk meningkatkan kualitas aset, manajemen risiko dan tata kelola telah berkontribusi pada perbaikan  rasio NPL kami,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Bisnis, Senin (29/7/2019).

Ridha menjabarkan bahwa rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) kotor perusahaan turun dari 4,3 persen per Juni 2018 menjadi 3,6 persen pada bulan yang sama tahun ini. Begitu pula dengan rasio NPL bersih yang membaik dari 1,5 persen menjadi 1,3 persen.

Sementara itu berdasarkan laporan publikasi perseroan, pendapatan bunga per Juni 2019 sebesar Rp5,78 triliun naik 6,9 persen. Pada saat yang sama beban bunga tumbuh 11,2 persen yoy menjadi Rp3,08 triliun.

Beban bunga yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan bunga membuat pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) perusahaan tumbuh tipis, atau 2,7 persen menjadi Rp2,8 triliun. Kendati demikian margin bunga bersih (net interest margin/NIM) meningkat 20 basis poin (bps) menjadi 4,2 persen.

Dari sisi beban, rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) Juni 2019 membaik dibandingkan dengan tahun lalu, atau dari 98 persen menjadi 88 persen. Ridha mengklaim hal itu sebagai hasil dari penurunan biaya pencadangan kerugian kredit dan efisiensi biaya operasional ditengah tekanan inflasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper