Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Asabri Anjlok, Dirut Sonny Widjadja Lakukan Gebrakan ini

PT Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau Asabri (Persero) mencatatkan kinerja yang anjlok pada 2019 dan diperkirakan akan kian memburuk pada 2020. Bagaimana memulihkannya?
Aktivitas layanan nasabah di kantor PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Persero) atau Asabri di Jakarta, Kamis (16/1/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Aktivitas layanan nasabah di kantor PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Persero) atau Asabri di Jakarta, Kamis (16/1/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - PT Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau Asabri (Persero) mencatatkan kinerja yang anjlok pada 2019 dan diperkirakan akan kian memburuk pada 2020. Bagaimana memulihkannya?

Direktur Utama Asabri Sonny Widjadja memaparkan bahwa perseroan mencatatkan risk based capital (RBC) -571,17% pada 2019. Jumlah tersebut diperkirakan akan membengkak menjadi -643,49% pada 2020.

Catatan negatif tersebut terjadi karena liabilitas perseroan lebih tinggi dibandingkan dengan total aset. Pada 2019, liabilitas Asabri tercatat senilai Rp36,94 triliun sedangkan asetnya senilai Rp30,84 triliun.

Aset Asabri pada 2019 tercatat menurun Rp16,69 trilliun atau 35,12% (year-on-year/yoy) dibandingkan dengan posisi aset 2018 senilai Rp47,54 triliun. Aset pada 2018 merupakan capaian tertinggi Asabri dalam lima tahun terakhir.

Menurut Sonny, kondisi yang anjlok pada 2019 tersebut dipicu oleh adanya unrealized loss investasi saham dari program Tunjangan Hari Tua (THT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), dan Jaminan Kematian (JKm) senilai Rp4,84 triliun. Hasil investasi perseroan secara keseluruhan pada 2019 pun tercatat negatif Rp4,94 triliun.

"Premi yang didapat tidak bisa menutup biaya klaim, kemudian cadangan, termasuk biaya pemakaman istri, suami, dan anak. Asabri menghadapi underwriting negatif sehingga harus di-cover dengan investasi, tapi investasi juga mengalami kesulitan untuk menutup itu semua," ujar Sonny, Rabu (29/1).

Dalam kondisi tersebut, Asabri menyiapkan upaya pemulihan melalui pemetaan aset yang bermasalah dan mengubah portofolio investasi menjadi lebih moderat. Per Desember 2019, Asabri tercatat menanam 45,3% investasi di reksa dana, 30,57% di obligasi, dan 14,53% di saham.

Selain itu, upaya lain adalah dengan meminta pertanggung jawaban Benny Tjokro dan Heru Hidayat yang dinilai memiliki utang investasi saham Rp10,9 triliun. Tanggung jawab yang harus dipenuhi Benny tercatat senilai Rp5,1 triliun sedangkan Heru senilai Rp5,8 triliun.

Penurunan kinerja saham dinilai terjadi di grup bisnis kedua orang tersebut, yakni PT Hanson International Tbk. (MYRX) milik Benny serta PT Trada Alam Minera (TRAM), PT Inti Agri Resources (IIKP), dan PT SMR Utama (SMRU) milik Heru Hidayat.

"Penurunan ini terjadi karena nilai saham dan reksa dana yang menurun, khususnya paling besar karena dari dua orang itu, dari Rp400–500 tinggal Rp50 perak. Saya bilang ini uangnya prajurit dan Polri, mereka bersenjata, kalau enggak [dipenuhi] tijitibeh, mati siji mati kabeh," ujar Sonny, Rabu.

Selain itu, menurutnya, Asabri pun akan memanggil semua manajer investasi (MI) yang mencatatkan performa buruk untuk dimintai pertanggung jawaban. Berdasarkan data dari sumber Bisnis, terdapat 25 yang mengelola aset Asabri dan 13 di antaranya berkaitan dengan Benny dan Heru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper