Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BRI Optimalkan Bisnis Remitansi di Negara Tak Terapkan Lockdown

Bisnis remitansi BRI selama 2019 tercatat tumbuh sebesar 18 persen secara tahunan.
Nasabah bertransaksi melalui mesin ATM di galeri e-banking Bank BRI, di Jakarta, Selasa (12/9)./JIBI-Dwi Prasetya
Nasabah bertransaksi melalui mesin ATM di galeri e-banking Bank BRI, di Jakarta, Selasa (12/9)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. mengoptimalkan bisnis remitansi terhadap negara yang tidak menerapkan lockdown di tengah penyebaran virus corona atau covid-19.

Corporate Secretary Bank BRI Amam Sukriyanto mengatakan perseroan melakukan ekspansi dengan menambah kerja sama dengan counterpart baru yang memiliki aplikasi pengiriman uang online, sehingga pekerja migran Indonesia (PMI) masih terus dapat mengirimkan uangnya tanpa harus ke outlet.

"Melihat potensi bisnis ke depan yang masih berpeluang untuk membaik, BRI Optimis, target bisnis remitansi hingga akhir tahun 2020 dapat tercapai," katanya kepada Bisnis, Senin (30/3/2020) malam.

Pada kuartal I/2020, bisnis remitansi bank dengan aset terbesar ini disebut cukup tertekan karena penyebaran covid-19 yang membuat beberapa negara menerapkan lockdown.

Adapun, bisnis remitansi BRI selama 2019 tercatat tumbuh sebesar 18 persen dibandingkan dengan tahun lalu (year on year/yoy). Negara penyumbang remitansi terbesar BRI yakni Malaysia, Singapura, Taiwan, Hong Kong, Korea Selatan, Jepang, Uni Emirat Arab, dan Saudi Arabia.

Berdasarkan data remitansi tenaga kerja Indonesia (TKI) oleh Bank Indonesia dan BNP2TKI, nilai yang tercatat pada 2019 adalah senilai US$11,435 miliar. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 4,2 persen dibandingkan dengan posisi 2018 yang senilai US$10,974 miliar.

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. David E. Sumual mengatakan di antara kinerja lainnya, bisnis remitansi dinilai tidak akan terlalu teruruk karena transaksinya tidak perlu melibatkan perpindahan barang maupun orang.

Apalagi, bisnis remitansi didominasi oleh tenaga kerja yang menjadi pembantu rumah tangga atau domestic helper yakni pekerjaan yang tetap berjalan meskipun ada virus corona.

Meskipun demikian, dia tidak memungkiri, penurunan bisa saja terjadi jika tenaga kerja Indonesia ada yang berprofesi sebagai buruh pabrik di luar negeri dan terpaksa dirumahkan. Namun, pengaruh penurunannya pun dinilai tidak signfiikan karena pekerja berstatus domestic helper lebih dominan.

"Dibandingkan dengan bisnis lain, remitansi masih normal. Kalau mungkin turun, turunnya tidak banyak," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper