Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. dan PT CIMB Niaga Tbk. mulai menambah pembentukan pencadangan atau provisi sebagai langkah antisipasi menghadapi perubahan kualitas kredit.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. mengatakan sampai dengan Februari 2020 belum melihat adanya dampak signifikan dari wabah COVID-19 terhadap kinerja perseroan. Hanya saja, langkah antisipatif tetap dilakukan oleh perseroan jika nantinya terjadi perubahan kualitas kredit.
Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengungkapkan bahwa untuk mengantisipasi dampak virus Corona (Covid-19), maka perseroan menambah biaya pencadangan. Pencadangan yang semakin besar, membuat laba pada Februari 2020 menjadi terbatas.
Dia menuturkan laba BRI tumbuh terbatas, tetapi perseroan tetap mencatat pertumbuhan positif selama Februari 2020 dengan laba yang tumbuh sebesar 2,4 persen dibandingkan periode sama tahun lalu (year on year/yoy) menjadi Rp5,22 triliun.
Berdasarkan laporan bulanan BRI, pada Februari 2020, besaran cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) kredit adalah sebesar Rp54,44 triliun. Besaran biaya pencadangan tersebut naik 3,83 persen dibandingkan bulan sebelumnya atau naik 45 persen dibandingkan posisi akhir tahun 2019.
"Sebagai langkah preventif antisipasi perubahan kualitas kredit, BRI telah mulai menambah pembentukan biaya pencadangan atau provisi sehingga laba tercatat tumbuh terbatas," katanya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Selain itu, pada Februari 2020, pinjaman Bank BRI juga tumbuh positif sebesar 7,07 persen y-o-y menjadi Rp856,35 triliun. Pertumbuhan kredit tersebut didorong oleh kredit mikro yang mampu tumbuh double digit yakni sebesar 13,1 persen.
Menurutnya, BRI akan menjaga pertumbuhan kinerja agar tetap dapat mencatat pertumbuhan positif pada bulan-bulan setelahnya. BRI mengaku telah memiliki strategi untuk menjaga pertumbuhan di segmen UMKM, terutama di segmen Mikro, dengan strategi selective growth.
BRI juga menerapkan prinsip kehati-hatian serta fokus untuk menjaga kualitas aset produktif. "Untuk posisi Maret 2020, BRI masih cukup optimis mampu menjaga pertumbuhan positif dari laba BRI," katanya.
CIMB Niaga Tingkatkan Biaya Pencadangan
Terpisah, Direktur Konsumer PT Bank CIMB Niaga Tbk. Lani Darmawan mengatakan peningkatan biaya pencadangan kemungkinan akan dilakukan sejalan dengan kebijakan restrukturisasi kredit. Hanya saja, besarannya belum dapat dipastikan karena masih perlu menyesuaikan dengan nilai restrukturisasi yang disetujui.
Berdasarkan laporan keuangan bulanan CIMB Niaga, nilai cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) kredit pada Februari 2020 adalah sebesar Rp11,263 triliun. Biaya provisi tersebut naik 2,49 persen dibandingkan bulan sebelumnya atau naik 88,19 persen dibandingkan posisi akhir tahun lalu.
Hingga saat ini restrukturisasi kredit CIMB Niaga masih berproses. Lani belum memerinci realisasi restrukturisasi kredit yang telah disetujui CIMB Niaga.
"Belum bisa, masih terlalu dini. Tetapi pasti naik [biaya pencadangan]," katanya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Menurutnya, CIMB Niaga juga tetap menyalurkan pinjaman baru. Hanya saja penyaluran pinjaman baru lebih selektif untuk memastikan nasabah tidak mengalami kesulitan di kemudian hari.
Setidaknya, hingga kuartal I/2020, penyaluran kredit ritel CIMB Niaga masih cukup positif dengan pertumbuhan sekitar 10 persen.
Meskipun demikian, CIMB Niaga saat ini masih memfokuskan kegiatan bisnis pada nasabah ekisting. "Kami sudah siap sesuai dengan yang diatur oleh OJK juga untuk industri dan segmen yang terimpact COVID-19," katanya.