Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Covid-19 Baru Nampak Kuartal II, Bagaimana Proyeksi Saham BMRI?

Harga saham emiten Bank Mandiri (BMRI) diproyeksi masih memiliki peluang untuk meningkat seiring dengan adanya ekspektasi pemulihan ekonomi.
Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Royke Tumilaar. Bisnis/Nurul Hidayat
Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Royke Tumilaar. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Dampak Covid-19 terhadap kinerja PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. baru akan nampak pada kuartal II/2020. Namun, harga saham emiten berkode BMRI ini diproyeksi masih memiliki peluang untuk meningkat seiring dengan adanya ekspektasi pemulihan ekonomi.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan meskipun kinerja Bank Mandiri kemungkinan akan terlihat tertekan pada kuartal II/2020. Pasar juga akan memperhatikan pada ekspektasi pemulihan ekonomi.

Jika ekonomi mampu membaik, lanjut Hans, dkinerja kuartal II/2020 yang terdampak pun hanya akan membuat harga saham BMRI turun terbatas.  Dia pun masih merekomendasikan buy untuk BMRI dengan ekspektasi harga di level 5.400.

“Mungkin saja turun, kalau data ekonomi tidak sesuai ekspektasi data, tetapi kalau faktor eksternal seperti pengarh covid pada ekonomi justru berkurang kemungkinan BMRI akan turun terbatas,” katanya kepada Bisnis, Senin (8/6/2020).

Terpisah, Pengamat Pasar Modal Aria Santoso menargetkan harga saham BMRI akan mampu berada pada level 6.000.

Meskipun kinerja kuartal II/2020 kemungkinan besar tidak mengalami pertumbuhan, harga saham BMRI diprediksi hanya akan mengalami sedikit pelemahan pada awal Juli 2020. Namun secara jangka panjang, menurutnya, BMRI masih menjadi pilihan dan salah satu penggerak bagi kenaikan IHSG.

Aria mengatakan efek penurunan akibat kinerja kuartal II/2020 diperkirakan hanya sementara. Saat terjadi penurunan sementara, akumulasi bertahap bisa dilakukan untuk membuat harga BMRI menjadi lebih baik.

“Tentu ada naik turun itu biasa. Sentimen-sentimen positif akan memberikan peningkatan harga dan bergiliran dengan sentimen negatif yang akan membawa harga menurun sementara. Secara jangka panjang, kecenderungan harga BMRI masih akan naik,” katanya.

Bank Mandiri membukukan pertumbuhan laba setelah pajak sebesar 9,44 persen selama kuartal I/2020 dibandingkan dengan periode sama tahun lalu (year on year/yoy) menjadi Rp7,9 triliun.

Kinerj laba ini ditopang peningkatan pendapatan nonbunga (fee based income/FBI) sebesar 23,95 persen (yoy) menjadi Rp7,7 triliun selama kuartal I/2020. Selain FBI, pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) juga tumbuh selama kuartal I/2020 sebesar 9,05 persenmenjadi Rp16,161 triliun.

Secara total, selama kuartal I/2020, pendapatan operasional Bank Mandiri tumbuh 13,46 persen (yoy), sedangkan dari sisi biaya operasional tumbuh 13,26 persen (yoy) dan biaya cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) tumbuh 26,19 persen (yoy) menjadi Rp3,4 triliun.

Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan perseroan berupaya untuk terus bertumbuh di tengah kondisi perekonomian yang penuh dengan ketidakpastian. Kondisi pembatasan sosial di masing-masing wilayah yang berbeda satu sama lain menyulitkan Bank Mandiri untuk melakukan proyeksi akan revisi rencana bisnis.

“Kami saat ini terus terang sulit melakukan prediksi, karena situasi PSBB maupun global pun tidak dalam kondisi normal, jadi sulit menentukan, Saat ini fokus kami adalah melakukan restrukturisasi, pertumbuhan akan lakukan secara selektif,” katanya dalam paparan publik secara virtual, Senin (8/6/2020).

Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Silvano Winston Rumantir mengatakan kenaikan biaya CKPN atau pencadangan perseroan pada Januari – Maret akibat adanya pemberlakukan PSAK 71 dan antispasi penurunan kualitas kredit.

Hingga Maret 2020, aset Bank Mandiri mencapai Rp1.320 triliun. Adapun, dari sisi kredit yang disalurkan tercatat tumbuh 14,20 persen (yoy) menjadi Rp902,69 triliun dan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun tumbuh 13,72 persen (yoy) menjadi Rp941,34 triliun.

Sementara itu, rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) berada di kisaran 2,36 persen atau turun 0,32 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) masing-masing dijaga pada kisaran 3,17 persen dan 17,23 persen.

Liquidity Funding Ratio (LFR) selama kurtal I/2020 tercatat sebesar 92,8 persen (bank only). Selama periode sama, cost to income dan rasio kucukupan modal (CAR) masing-masing tercatat sebesar 43,36 persen dan 17,65 persen.

“Sampai kuartal I/2020, di tengah pandemi Covid-19, Bank Mandiri masih tunjukkan kinerja, dampaknya [Covid-19], baru terlihat pada pencapaian kinerja kuartal II/2020,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper