Bisnis.com, JAKARTA -- Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. pada hari ini memutuskan untuk merombak susunan direksi perusahaan.
Terdapat tujuh nama baru dalam jajaran direksi BNI setelah RUPSLB. Dari jumlah itu, lima di antaranya berasal dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Ada Royke Tumilaar yang ditunjuk sebagai Dirut BNI, dari jabatan semula sebagai Dirut Bank Mandiri. Selain itu, Silvano Rumantir yang ditunjuk sebagai Direktur Bisnis Korporasi BNI, dari semula Direktur Keuangan dan Strategis Bank Mandiri.
Tiga lainnya yakni David Pirzada yang semula menjabat Senior Executive Vice President Wholesale Risk Bank Mandiri, Muhammad Iqbal yang semula sebagai Senior Vice President SME Banking, dan Novita Widya Anggraini yang semula sebagai Senior Vice President Strategy & Performance Management Bank Mandiri.
Pengamat perbankan dan pasar saham menilai perombakan jajaran pengurus Bank Mandiri dan Bank Negara Indonesia tidak berdampak banyak pada kinerja kedua bank milik negara tersebut.
Bahkan, individu-individu terpilih berpotensi mendapat kepercayaan lebih baik dari para investor, terutama dalam mengelola krisis pada masa pandemi tahun ini.
Ekonom senior Indef sekaligus Ketua Bidang Kajian dan Pengembangan Perbanas Aviliani mengatakan perombakan pengurus merupakan hal yang normal, termasuk untuk Bank Mandiri dan BNI.
Menurutnya, perombakan pun tetap akan melanjutkan kinerja yang telah terbangun selama ini dan masih akan fokus pada pemulihan ekonomi nasional sambil tetap menjaga kualitas kredit masing-masing.
"Saya rasa ini akan tetap baik. Individu terpilih memiliki kredibilitas dan profesionalisma yang baik untuk kedua bank," katanya, Rabu (2/9/2020).
Dia berpendapat direktur terpilih BNI, yakni Royke Tumilaar dan Silvano Winston Rumantir memiliki pengalaman dan komunikasi yang cukup baik dengan banyak nasabah besar.
Lagi pula, menurutnya individu tersebut tampaknya tidak memiliki hubungan politik sehingga memliki kemampuan untuk menjaga banyak hubungan dengan lebih terukur.
"Jadi, secara kinerja bisnis ke depan, rasanya akan tetap baik-baik saja bagi BNI," imbuhnya.
Pegawai sedang membantu nasabah untuk melakukan aktivasi BNI Mobile Banking di Kantor Cabang BNI Hongkong/dokumen BNI
Untuk Mandiri, Aviliani berpendapat akan tetap akan muncul pejabat karier internal yang masih mampu menjaga misi serta kepentingan pemangku kepentingan lainnya.
Aviliani menambahkan direktur terpilih harus tetap menjaga kinerjanya secara selektif meski mendapat banyak penugasan dari pemerintah.
"Untuk hal yang perlu dipertimbangan, mungkin tetap pada penugasan bank pelat merah karena akan berpengaruh pada kinerja dan margin. Oleh karena itu penting bagi pemerintah untuk membuat kebijakan yang umum, tidak terfokus pada bank Himbara saja," katanya.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee pun mengatakan investor tak banyak terpengaruh pada perombakan.
"Sejauh ini harga kedua emiten masih tergolong normal dan tak banyak sentimen negatif di pasar. Individu terpilih juga sangat profesional yang rasanya tetap dapat menjaga kepercayaan investor," katanya.
Adapun, harga BMRI hari ini ditutup 6.075 per saham, hanya terpangkas 50 basis poin dari hari sebelumnya. Secara bulanan, harga BMRI sudah naik 10,45 persen.
Harga BBNI hari ini ditutup 5.225 per saham, hanya terpangkas 25 basis poin dari hari sebelumnya. Secara bulanan, harga BMRI sudah naik 17,68 persen.
"Perbaikan kepercayaan terus terjadi, terlepas dari banyak restrukturisasi lantaran pandemi yang masih menjadi sentimen negatif. Namun, menurut saya target harga untuk BMRI 6.600, sedangkan BBNI bisa 6.500," imbuhnya.
Sementara itu, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Lando Simatupang mengatakan perombakan pun suatu hal yang biasa.
Namun, dia berpendapat "Mandirinomic" sesuatu hal yang tidak dapat dipungkiri lagi dan terus meluas di setiap perombakan pengurus bank-bank pelat merah.
Jika ini terus meluas, justru dikhawatirkan semua bank-bank pelat merah akan bersaing di pasar pembiayaan yang sama dan tidak berdampak bagus pada perluasan pembiayaan serta pengembangan ekonomi riil.
Bahkan, kultur masing-masing bank pelat merah bisa hilang dan digantikan dengan kultur Bank Mandiri, yang seharusnya bisa variatif.
"Harusnya bisa saja pejabat karier masing-masing bank Himbara punya kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya. Contohnya BNI itu yang memang punya kemampuan untuk pengembangan pasar di luar negeri," katanya.